Salam Kami


doa rabithah

doa rabithah

HADAPILAH...SHOUTUL HARAKAH

Sabtu, 29 Januari 2011

UKHUWAH ISLAMIYAH

Sinopsis
Ukhuwah islamiyah diawali dengan hubungan secara peribadi dan juga secara berjamaah (bersama-sama). Secara peribadi misalnya berjumpa di masjid, sekolah, kampus atau hubungan yang dilakukan secara fardiyah sedangkan hubungan berjamaah biasanya melalui program ammah. Dari hubungan ini maka muncul taaruf yang diawali dengan mengenal fizikal, kemudian melalui perjalanan masa juga akan mengenali pemikiran dan kejiwaannya. Taaruf pemikiran dan nafsiyah (personality, emosi dan kejiwaan) sangatlah penting bagi wujudnya persaudaraan muslim sehingga akan memperlancar perjalanan amal jama'i.

Dari taaruf ini muncul saling memahami (tafahum) yaitu dengan cara menyatukan hati, menyatukan pemikiran dan juga menyatukan amal. Tafahum lancar maka taawun pun dapat diamalkan secara baik. Taawun secara hati (saling mendoakan), secara pemikiran (berbincang dan menasehati), Dan secara amal (bantu membantu).
Berikutnya takaful muncul setelah taawun. Dengan takaful hati saling menyatu, saling menyayangi. Akhirnya muncul kesatuan barisan dan juga kesatuan ummat.
 

Hasiyah
1.Ukhuwah islamiyah
Syarah
• Ukhuwah islamiyah atau persaudaraan islam merupakan ikatan yang akan mewujudkan kekuatan islam. Aqidah yang sudah tertanam di hati aktivis dakwah tetapi tidak diikat dengan ukhuwah maka akan melemahkan kerja dakwah dan matlamat tidak akan tercapai. Persatuan atau jamaah tanpa menjadikan ukhuwah sebagai ikatan maka akan menjatuhkan harakah itu sendiri. Dengan ukhuwah pula kesatuan kerja, amal dan aktiviti akan berlaku. Selain itu juga kesatuan berfikir dan kesatuan di dalam hati akan menambah mantap kekuatan islam.
• Setiap orang yang beriman adalah bersaudara, sedangkan perselisihan yang muncul diantaranya adalah sesuatu yang wajar. Sahabat nabi yang mempunyai kualitas aqidah yang tinggi dan sangat dekat dengan Rasulullah SAW pun masih didapati perselisihan. Perselisihan diantara manusia adalah sunnah dan biasa, hanya sahaja bagaimana sekarang ini kita menghadapi hubungan sesama manusia dan perselisihan ini dengan sikap saling memperbaiki dan mengembalikan diri kita kepada Allah SWT melalui ketaatan sehingga Allah akan turunkan rahmah kepada kita.
• Persaudaraan di dalam islam adalah sesuatu yang wajib dan perlu diamalkan sehingga mendapatkan kebahagiaan di dunia dan juga di akhirat. Namun demikian, ukhuwah islamiyah ini banyak suka dukanya. Proses dan pelaksanaan ukhuwah islamiyah ini di cabar oleh banyak perkara yang bersifat dalaman diri atau luaran diri. Hawa nafsu dan keadaan persekitaran juga mempengaruhi akidah ini.
Dalil
• 49:10; Orang-orang mukmin itu bersaudara, sebab itu perdamaikanlah antara dua orang bersaudara mu dan takutlah kepada Allah mudah-mudahan kamu mendapat rahmah
• 8:1; Mereka itu menanyakan kepada engkau tentang harta rampasan perang. Katakanlah: Harta rampasan perang itu adalah untuk Allah dan Rasul. Sebab itu takutlah kepada Allah dan perbaikilah urusan dintaramu dan ikutlah Allah dan Rasulnya, jika kamu orang beriman.
2.Hubungan peribadi dan secara berjamaah (bersama-sama)
Syarah
• Sebagai manusia tentunya kita berhubungan dan bergaul dengan manusia. Tiada manusia yang tidak bergaul dengan manusia, hubungan ini merupakan keperluan dan tuntutan sebagai manusia hidup yang senantiasa saling membantu dan berinteraksi.
• Hubungan sesama manusia dapat terlaksana melalui cara peribadi atau secara bersama-sama . Hubungan ini dapat dilaksanakan dimana saja, seperti di tempat bekerja ,di sekolah dan di masyarakat seperti di surau/masjid. Setiap hubungan manusia ini bagi seorang dai akan dijadikannya sebagai pintu untuk menjalankan dakwah.
• Persaudaraan islam akan menjadikan hubungan di antara manusia ini sebagai media untuk bertaaruf. Peluang bertaaruf dengan berhubungan sesama manusia secara peribadi biasanya lebih berkesan dibandingkan dengan cara jamai
Dalil
• Serah nabawiyah
3.Melaksanakan taaruf
Syarah
• Hubungan sesama manusia akan menjadikan kita mengenal individu lainnya. Perkenalan pertama biasanya berhubungan dengan fizikal seperti tubuh, badan, muka, gaya pakaian, gaya berjalan, tingkah laku yang nampak, rumah, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Melaksanakan taaruf di awali secara fizikal ini kemudian dilanjutkan mengenal secara pemikiran dan kejiwaan.
• Mengenal pemikiran biasanya dilakukan dengan perbincangan, perbentangan, analisa isu semasa, memberikan pandangan, latar belakang pendidikan, kecenderungan berfikir, cara menanggapi sesuatu dan minat kepada tokoh pemikir tertentu.
• Mengenal kejiwaan bermaksud mengenal kepribadian, emosi dan tingkah laku. Mengenal sifat dan watak merupakan bahagian mengenal kejiwaan ini. Tanpa mengenal ini maka ukhuwah islamiyah akan mudah terjejas dan diganggu dengan tidak mengenal kejiwaan ini. Setiap manusia adalah unik dan setiap manusia mempunyai cirri-ciri khas tertentu yang membedakan dengan orang lain. Manusia dengan perbedaan latar belakang, perbedaan pendidikan, perbedaan ibu bapa, perbedaan gaya asuh, dan perbedaan-perbedaan lainnya akan membedakan kejiwaan seseorang.
Dalil
• 49:13;Wahai umat manusia sesungguhnya Kami tela menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbagai bangsa dan bersuku puak, supaya kamu berkenal-kenalan (dan beramah mesra satu dengan yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwanya diantara kamu, (bukan yang lebih keturunan atau bangsa). Sesungguhnya Allah maha mengetahui, lagi maha mendalam pengetahuanNya (akan keadaan dan amalan kamu)
4.Saling memahami
Syarah
• Setelah taaruf ini akan mewujudkan suatu keadaan saling memahami. Saling memahami (tafahum) adalah kunci ukuwah islamiyah. Tanpa tafahum maka ukhuwah tidak akan berjalan. Proses taaruf boleh di jadualkan tetapi tafahum ini mesti berjalan seperti berjalannya ukhuwah itu sendiri. Dengan ukhuwah yang diwarnai oleh tafahum menjadikan suasana yang baik dan tenang. Masing-masing individu memahami kekuatan dan kelemahan dan menerima keadaan masing-masing sehingga akan memunculkan taawun dan persaudaraan. Ukhuwah tidak akan berjalan apabila seseorang senantiasa ingin di pahami tetapi tidak berusha memahami orang lain. Ukhuwah berjalan dengan baik apabila muncul saling memahami dan saling menerima masing-masing. Mengenal kawan kita sensitive maka kita faham bagaimana berhubungan dengan dia, begitu juga kita mengenal bahwa teman kita cakapnya keras maka kita faham mengenainya dan tidak perlu marah pula.
• Saling memahami terhadap setiap keadaan sahabat ini dilakukan dengan cara menyatukan hati menyatukan pemikiran dan menyatukan amal. Menyatukan hati sebagai langkah yang pertama karena hati adalah asa persatuan. Allah saja yang akan menyatukan hati manusia , kuasa ini tidak pada manusia. Hati yang bersatu maka akan memudahkan persatuan lainnya. Keterikatan juga perlu diteruskan kepada pemikiran dan amal. Dengan tafahum ini maka muncul keterikatan hati, keterikatan pemikiran sesamanya dan keterikatan amal.
Dalil
• 8:60;Dan sediakanlah untuk menentang mereka (musuh yang menceroboh) segala jenis kekuatan yang dapat kamu sediakan dan dari pasukan-pasukan berkuda yang lengkap sedia, untuk menggerunkan dengan persediaan itu musuh Allah dan musuh kamu serta musuh-musuh yang lain dari mereka yang kamu tidak mengetahui nya; sedang Allah mengetahuinya. Dan apa saja yang kamu belanjakan pada jalan Allah akan disempurnakan balasannya kepada kamu, dan kamu tidak akan dianiaya.
5.Taawun
Syarah
• Taawun muncul setelah terlaksananya tafahum sesama kita. Taawun dapat dilaksanakan secara hati (saling mendoakan); secara pemikiran (berbincang dan menasehati); secara amal(bantu membantu). Saling membantu di dalam kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Manusia tidak akan dapat hidup sendiri sehingga ia mesti hidup bersama-sama. Kebersamaan akan mempunyai nilai apabila kita adakan saling membantu.
Dalil
• 5:2;&ldots;. Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan bertaqwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa (maksiat) dan percerobohan. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah maha berat azab dan siksaNya (bagi sesiapa yang melanggar perintahnya)
6.Takaful
Syarah
• Takaful muncul setelah taawun. Dengan takaful ini maka hati akan saling menyayangi. Takaful berarti merasakan senasib sepenanggungan. Rasa sedih dan susah sahabat kita dapat kita rasakan dan kita serta-merta membantunya. Takaful sebagai tingkat ukhuwah yang tinggi. Takaful terlaksana setelah proses sebelumnya berlangsung. Proses takaful sangat bergantung kepada pelaku-pelaku ukhuwah islamiyah ini. Hadits nabi dan berbagai cerita hubungan para sahabat adalah menggambarkan bagaimana pelaksanaan takaful ini. Sahabat nabi yang merasa kehausan di masa perang kemudian mendengar sahabat lainnya merintih meminta minum maka ia berikan air kepada sahabatnya walaupun ia memerlukan. Contoh mementingkan sahabatnya terlebih dahulu (itsar) adalah ciri ukhuwah.
Dalil
• Hadits; Tidak akan beriman seseorang diantaramu apabila kamu tidak mencintai saudaramu seperti kamu mencintai dirimu sendiri.
7.Akhirnya muncul kesatuan barisan dan juga kesatuan ummat
Syarah
• Ukhuwah islamiyah dimulai melalui hubungan manusia sebagai aktiviti fitrah manusia dan di warnai dengan huznuzon pada masa tafahum, dan disertai salamatusoddr di masa taawun. Setelah terbentuknya masa kesatuan di dalam berfikir, amal dan hati maka takaful akan menghantarkan kita kepada kesatuan barisan dan juga kesatuan ummat. Umat yang satu barisan dan ummat yang satu dimana satu dari segi fikrah dan matlamat tetapi berbeda dalam kejiwaan akan menjadikan suatu kekuatan islam. Perbedan menjadikan media amal jamai dan menambah dinamik hubungan sesama manusia.
Ringkasan
• Ukhuwah islamiyah: hubungan peribadi dan secara berjamaah (bersama-sama)
• Melaksanakan taaruf (49:13); secara fizikal, pemikiran dan kejiwaan
• Saling memahami dan menyatukan hati (8:60); menyatukan pemikiran; meyatukan amal
• Taawun (5:2) secara hati (saling mendoakan); secara pemikiran (berbincang dan menasehati); secara amal (bantu membantu)
• Takaful muncul setelah taawun. Dengan takaful hati saling menyatu, saling menyayangi.
• Akhirnya muncul kesatuan barisan dan juga kesatuan ummat.

......

[+/-] Selengkapnya...

Jumat, 28 Januari 2011

Proker RISMA MELATI

......

[+/-] Selengkapnya...

ANGGARAN DASAR DAN ART RISMA MELATI

Sebagai organisasi dakwah, RISMA MELATI SMK WIKARYA membangun pijakan dasar yang diharapkan menjadikan para aktivis dan anggota risma memiliki arah yang jelas dalam menjalankan agenda-agenda dakwah sekolah.

......

[+/-] Selengkapnya...

Kamis, 27 Januari 2011

Perlunya Pengetahuan Hidup bagi Wanita

Saya pernah membaca kisah seorang wanita pengusaha yang memulai usahanya dari nol. Uniknya si ibu muda ini dulunya pernah mengenyam bangku kuliah sebuah universitas swasta terkenal di Jakarta. Semasa kuliah ia aktif dalam salah satu organisasi di kampusnya. Setelah menikah ia tinggalkan semua aktifitas di luar, karena sang suami yang seorang pengusaha menginginkan ia menjadi seorang ibu rumah tangga sejati yang hanya mengurusi rumah tangga dan anak-anaknya.

Kisah usaha ibu muda ini berawal dari kegagalan usaha sang suami yang berujung pada kebangkrutan. Sang suami saat itu mengalami depresi karena kegagalannya tersebut. Melihat kondisi seperti itu, wanita tegar ini langsung berinisiatif untuk menghidupkan kembali salah satu usaha milik suaminya. Saat itu yang masih mereka punyai hanya beberapa unit mesin jahit bekas usaha konveksi suaminya.

Dengan semangat ia mulai mempelajari teknik membuat pola dan menjahit hingga akhirnya ia bisa membuat sebuah blazer yang kemudian ia jajakan contoh jahitannya itu dari satu toko ke toko lain di sebuah pasar di Jakarta.

Awal usahanya ini memang berat, toko-toko yang ia datangi menolak contoh jahitannya itu. Beberapa hari kemudian akhirnya sebuah toko bersedia menjual blazernya. Dan ternyata kegigihannya membuahkan hasil; blazernya laku keras, orderan pun mengalir deras, hingga akhirnya ia bisa mempekerjakan banyak karyawan, memperbesar usahanya dan tentu saja berhasil menyelamatkan biduk rumah tangganya yang hampir karam.

***

Baru-baru ini ada kisah menarik tentang seorang ibu muda berusia 34 tahun asal Wonocolo Surabaya. Ia adalah seorang pengusaha mikro lulusan sekolah menengah atas. Pada tanggal 18 November yang lalu ia menghadiri sekaligus berbicara di Ruang Konferensi II Markas Besar PBB setelah memenangi lomba Micro Credit Award 2005 yang diselenggarakan oleh Kantor Menko Perekonomian. Ia berada di forum internasional yang dihadiri 250 delegasi negara anggota PBB itu untuk menghadiri pencanangan Tahun Kredit Mikro Internasional 2005.

Penuturan ibu muda berputra tiga orang ini tentang usaha kecilnya mengundang decak kagum siapa pun yang hadir saat itu. Ia tidak hanya telah berhasil mengembangkan usaha membuat pakaian, tas, aksesori, dan barang kerajinan dari kain atau percanya yang diawalnya pada tahun 1998 dengan hanya bermodalkan uang 500 ribu rupiah itu dengan secara profesional tapi juga ia telah berhasil membina dan memberdayakan para pekerjanya yang 80 persen adalah tuna daksa.

Atas hadiah yang diterima, ia mengatakan uang itu akan digunakan membangun paviliun guna menampung para tuna daksa dan remaja putus sekolah yang dilatih di rumahnya, karena selama ini para pekerjanya tidur di setiap celah yang ada di rumahnya.

***

Seperti kata Ibu Dewi Sartika, salah satu Pahlawan Emansipasi Wanita Indonesia, bahwa wanita harus mempunyai pengetahuan untuk hidup. Perkataannya itu keluar sebagai kesadarannya yang timbul setelah bapaknya yang seorang patih di Bandung meninggal dunia, dan kekayaan keluarganya disita oleh pemerintah Belanda. Saat itu usianya masih belasan tahun, tapi Dewi sartika dan ibunya harus berjuang untuk hidup.

Ya, wanita memang harus mempunyai pengetahuan untuk hidup. Ada kalanya kehidupan datang tidak seperti yang kita inginkan. Seperti kejadian ibu muda di atas yang tiba-tiba harus berjuang menyelamatkan rumah tangganya. Beruntung si ibu ini pernah mengenyam pengalaman berorganisasi sehingga pada dirinya sudah tertanam keterampilan interpersonal yang baik juga semangat untuk berjuang dan belajar. Bagaimana halnya jika hal ini terjadi pada wanita yang selama hidupnya serba lancar-lancar saja, maksudnya belum pernah mengalami terpaan hidup? Bisa jadi ia pun bisa menjadi penyelamat biduk rumah tangganya, tapi bukankah sesuatu yang datangnya tiba-tiba akan memberikan goncangan jiwa yang tidak bisa dianggap enteng?

Banyak para suami, karena terlalu sayang pada istri, tidak mengizinkan para istri untuk bekerja. Hal ini memang bisa dipahami karena suamilah yang bertugas mencukupi kehidupan keluarga. Tapi alangkah baiknya jika para suami pun memberikan keterampilan hidup bagi para istrinya atau memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga istrinya bisa memiliki peranan tidak hanya dalam rumah tangganya saja tapi juga peranan dalam membina lingkungan masyarakatnya seperti halnya ibu muda pengusaha mikro yang saya ceritakan di atas.

Ada juga wanita yang setelah anak-anaknya tumbuh dewasa, baru bisa membantu finansial keluarga ataupun turut aktif dalam mewujudkan keshalehan sosial di lingkungannya. Selama masa-masa membesarkan anak-anaknya, dia tidak pernah berhenti belajar sehingga ketika saatnya tiba dia bisa berperan lebih.

Memang sulit bagi wanita zaman sekarang untuk berperan ganda. Di zaman yang penuh tantangan ini tidaklah mudah mendidik anak sementara dia juga harus aktif di luar rumah, seperti bekerja ataupun aktif dalam kegiatan masyarakat. Jangan-jangan sukses di luar tapi anak-anaknya mengalami degradasi moral akibat kurangnya perhatian orang tua yang sibuk bekerja. Hal ini dikembalikan kepada istri dan sang suami karena ternyata tidak sedikit keluarga yang istrinya bekerja tapi bisa mengantarkan anak-anaknya menjadi pribadi yang mandiri dan berakhlak baik.

Ada baiknya kita renungkan kembali perkataan Ibu Kita Dewi Sartika juga pengalaman sebagian wanita ”petarung”, seperti cerita wanita di atas, tentang pentingnya wanita memiliki keterampilan hidup sejak dini, agar di saat yang tepat mereka mampu berperan lebih dan tampil mandiri tanpa harus merepotkan orang-orang di sekitarnya di saat-saat biduk rumah tangganya berada pada kondisi gawat darurat.

......

[+/-] Selengkapnya...

AGAR PESAN SAMPAI KE HATI

Seorang pasien penderita penyakit kanker terbaring di atas tempat tidur di sebuah rumah sakit yang entah rumah sakit ke berapa yang pernah disinggahinya. Dan kali ini pun hasil yang didapat tidak jauh berbeda dengan perawatan sebelumnya. Bahkan dokter yang menanganinya sempat menghampirinya. Sambil mengangkat kedua tangannya ia berkata kepada si pasien, bahwa seluruh upaya medis telah ditempuh. Karena kondisi penyakit yang sangat kritis, agaknya harapan untuk sembuh sangat tipis.
Bisa dibayangkan bagaimana reaksi pasien tersebut. Sedih, gelisah, depresi, tidak ada lagi gairah dan upaya. Berbeda halnya jika si dokter yang merawatnya itu mengatakan hal lain, kondisinya memang sangat parah, namun, menurutnya, masih ada harapan untuk sembuh. Tentu si pasien sangat bergembira mendengarnya. Kata-kata dokter itu akan mempengaruhi semangatnya untuk sembuh.
Kata-kata mempunyai kekuatan yang luar biasa. Bahkan terkadang ia lebih ampuh daripada senjata. Dalam hal ini pepatah lama masih relevan, bahwa lidah lebih tajam daripada pedang. Betapa sering sebuah perang berkobar disebabkan oleh kata. Demikian pula sebaliknya, perang dapat dihentikan oleh sebuah diplomasi atau secarik kertas perjanjian damai. Seorang penulis wanita Jerman, Annemarie Schimmel, berbicara tentang kekuatan kata. “Kata yang baik laksana pohon yang baik. Kata diyakini sebagai suatu kekuatan kreatif oleh sebagian besar agama di dunia; katalah yang mengantarkan wahyu; kata diamanahkan kepada umat manusia sebagai titipan yang harus dijaga, jangan sampai ada yang teraniaya, terfitnah, atau terbunuh oleh kata-kata.”
Karena kata-kata seseorang bisa bergairah, bersemangat, terhibur dari duka, seorang pasien akan mempunyai harapan sembuh oleh kata-kata dokter. Yang terkadang kondisi sesungguhnya berlawanan dengan kata-kata itu, sekadar untuk menerbitkan semangat. Juga karena kata-kata, hati yang tadinya cerah berbunga-bunga menjadi redup sedih. Tadinya optimis menjadi pesimis. Bersemangat menjadi patah arang.
Kata-kata sebagai alat yang ampuh untuk berbagai kepentingan orang. Melobi, mempengaruhi, merayu, menghina, melecehkan, membalaskan sakit hati. Dan kata orang, ia adalah senjata bermata dua. Jika kata-kata itu keluar dari orang baik dan suka melakukan perbaikan, maka dampak yang ditimbulkannya akan positif. Namun jika ia diungkapkan oleh orang jahat dan mencintai tersebarnya kejahatan di muka bumi ini, dampak yang ditimbulkannya tentu kejahatan itu sendiri sebagai produk hatinya yang jahat itu.
Seorang dai dengan tugas dakwahnya mengajak orang kepada Allah dalam taat dan ibadah kepada-Nya. Aktivitas dakwahnya sangat didominasi oleh penyampaian kata-kata. Sebab sasaran yang hendak dituju adalah akal manusia itu sendiri. Jika tujuan dakwah adalah melakukan perubahan (taghyir), maka faktor utama yang dapat mempengaruhi proses perubahan adalah akal pikiran. Dengan adanya perubahan pada tataran pemahaman dan pola pikir, maka perubahan persepsi dan tingkah laku bisa terjadi.
Penyampaian kata-kata bahkan menjadi titik tekan tugas para nabi dan rasul. Seperti yang Allah tegaskan kepada Rasulullah saw. Allah berfirman, “Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah).” (As-Syura: 48)
Sebagai penerus tugas para nabi dan rasul, seorang dai berdakwah menyampaikan risalah kepada manusia. Hendaknya ia selalu meningkatkan kemampuan dan kreativitasnya dalam memasarkan risalah ini kepada manusia. Berbagai kajian dan petunjuk tentang kata-kata dan ceramah yang berkesan telah banyak ditulis para ulama. Namun muaranya tidak jauh berputar pada beberapa poin berikut ini:
1. Kuatnya Hubungan dengan Allah
Hubungan yang menguatkannya, yang menjadi rujukan, tempat menyandarkan diri, kepada-Nya ia mengadu, berdoa, dan berbagi. Seorang dai mengajak orang lain menuju Allah. Bagaimana mungkin ia dapat mengajak kepada sesuatu jika ia sendiri jauh dengannya dan lemah hubungannya dengan sesuatu itu. Syeikh Muhammad Ghazali menyebutkan sifat ini sebagai pilar utama seorang dai, yang tidak boleh diabaikan. Sebab jika setiap muslim berkewajiban membina hubungan baik dengan Allah, apatah lagi seorang dai.
Sejarah telah menjadi saksi bahwa tidak ada seorang nabi pun atau pelaku perbaikan kecuali ia mempunyai hubungan yang kuat dengan Allah. Jalinan mereka dengan Allah sangat kuat, hidup, dan selalu segar. Tidak pernah putus barang sekejap pun dan tidak pernah layu. Terlihat dalam aktivitas kesehariannya, saat bersama orang lain terlebih saat sendiri. Syeikh Abdurrahman As-Sa’ati, ayah Imam Syahid Hasan Al-Banna mengisahkan kegiatan anaknya ketika berada di rumah,
“Di antara akhlaqnya adalah berpaling dari banyak orang dan hanya menyendiri bersama Rabbnya, tidak ada yang tahu selain keluarga dekatnya saja. Di rumahnya –Allah yang menjadi saksi- tidak pernah lepas dari mushaf, tidak berhenti membaca, tidak pernah lalai dari zikir, ia membaca Al-Qur’an memperdengarkan bacaannya kepada salah seorang hafizh di antara kami. Jika tidak ada seorang hafizh kecuali anak kecil, ia pun muraja’ah hafalannya dengan anak itu. Rumahnya penuh dengan bacaan Al-Qur’an, sujud, larut dalam dzikir, dan mendaki ke ketinggian langit spiritual. Ketika ia tahu cara Nabi membaca Al-Qur’an maka ia praktekkan, termasuk waqaf-waqaf di mana Rasulullah berhenti, ia pun berhenti. Terkadang badannya gemetaran, hatinya penuh ketakutan, gelisah pada ayat-ayat ancaman, terhadap ayat-ayat gembira ia berbinar-binar, jauh dari suasana di mana ia hidup, jauh terbawa makna ayat-ayat itu.”
Dan semua orang yang pernah mendengar pidatonya mengakui, betapa Imam Syahid mempunyai kata-kata yang sangat kuat. “Jika ia berpidato, kata-katanya mengalir seolah-olah turun dari langit.” Kata seseorang yang pernah menghadiri ceramahnya.
2. Selalu Memperbaiki Diri
Setiap muslim wajib memperbaiki diri dari segala kekurangan. Apalagi seorang dai. Boleh jadi ini merupakan hasil dari hubungan yang baik dengan Allah. Sebab siapa yang mengingat Allah ia akan teringat akan semua dosa dan kekurangan dirinya serta menyadari semua aib pribadinya. Berbeda halnya dengan orang yang lalai dari zikir. Ia pun akan lalai kepada Allah bahkan lalai kepada dirinya sendiri. Ia berjalan tanpa arah dan petunjuk. Allah berfirman,
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (Al-Hasyr:19)
Sangat berbahaya jika seorang dai mengajak orang melakukan sesuatu sementara dirinya sendiri jauh darinya. Atau mencegah orang dari melakukan sesuatu ia sendiri belum bisa terlepas darinya. Jika demikian, maka seruan dakwah yang dikumandangkannya tak nyaring lagi. Seseorang berkata, “Kalau saya melihat seorang dai merokok, kepercayaan saya kepadanya berkurang dua puluh lima persen.”
Bahkan, tidak hanya ajakannya yang diabaikan orang, ia bisa mendapatkan murka dari Allah.
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (As-Shaff:3)
Tentu saja hal ini tidak dipahami secara tidak konstruktif, dengan menyibukkan diri sendiri serta tidak peduli kepada perbaikan sekitarnya. Aslih nafsaka wad’u ghairaka (perbaiki dirimu dan ajaklah orang lain), begitu kata orang.
3. Kecerdasan Akal, Kebersihan Hati, dan Pemahaman yang Dalam tentang Islam
Sifat ini hendaknya menjadi watak seorang dai. Yang dengan demikian ia bisa menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Menimbang persoalan dengan timbangan yang benar dan tidak memihak. Dalam bahasa dakwah hal ini bisa disebut sebagai hikmah. Seperti yang Allah firmankan,
“Allah menganugerahkan Al hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Al-Baqarah:269)
Menurut Muhammad Al-Ghazali, kecerdasan yang dimaksud, seseorang tidak perlu menjadi jenius. Namun hanya dengan memiliki kemampuan melihat suatu permasalahan apa adanya. Tidak menambah maupun mengurangi. Dengan cara pandang seperti ini seorang dari dapat mendiagnosa sebuah persoalan dengan baik dan pada gilirannya bisa memberikan terapi yang tepat sesuai dengan permasalahan yang dihadapinya. Kata-kata yang disampaikannya menjadi tepat sasaran.
Dengan kemampuan seperti inilah Rasulullah terlihat menyampaikan nasihat yang berbeda-beda, melihat kondisi dan latar belakang psikologis seseorang yang konsultasi kepada beliau. Suatu saat beliau hanya mengatakan, “Janganlah kamu marah.” Dan Jariyah bin Qudamah, orang yang bertanya itu pun puas dengan jawaban beliau. Bahkan menurut riwayat Thabrani, pahalanya surga, seperti yang beliau sabdakan, “Janganlah kamu marah, maka akan mendapat surga.” Suatu saat beliau hanya mengatakan, “Katakan, aku beriman kepada Allah. Lalu istiqamahlah.”
Kebersihan hati yang dimaksud tentu bukannya kebersihan hati yang setaraf dengan para malaikat. Cukuplah bagi seorang dai memiliki hati yang penuh cinta kepada manusia, cemburu kepada mereka, lembut dan tidak kasar memperlakukan mereka. Ia senang dengan kebaikan mereka dan bukannya senang melihat kesengsaraan mereka. Di hadapannya maupun tidak sikapnya selalu sama. Senantiasa berharap atas kebaikannya. Sehingga antara hatinya dan hati mereka terhadap tali yang menghubungkan. Ketulusan cintanya melahirkan getar saat tangannya berjabat, mulutnya berucap, dan matanya menatap. Doa yang dipanjatkan tanpa sepengetahuan mereka membuat nama-nama mereka selalu hadir dalam hidupnya. Sehingga ketika bertemu, pertemuan itu pun terasa hangat dirasakan oleh mereka.
Kejelasan pemahaman dimiliki karena penguasaannya terhadap konsep universalitas Islam. Hal ini membuatnya mampu mengidentifikasi setiap persoalan. Ia dapat membedakan mana yang bisa dikategorikan sebagai persoalan aqidah dan mana yang bukan. Dengan hal ini pula seorang dai dapat berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat dan dapat melihat kekurangan serta kelebihan mereka. Ia juga memiliki skala prioritas dalam dakwahnya.
Dalam menyikapi berbagai perpecahan madzhab dan aliran di Mesir, Hasan Al-Banna dengan Ikhwannya mempunyai sikap yang jelas. “Karena Ikhwan meyakini bahwa perbedaan dalam hal-hal furu’ adalah sebuah keniscayaan. Harus terjadi. Sebab prinsip-prinsip Islam yang berupa ayat-ayat, hadits, amal Nabi bisa dipahami secara berbeda. Oleh karenanya perbedaan semacam ini juga terjadi di kalangan para sahabat. Dan perbedaan itu terus terjadi sampai hari Kiamat. Alangkah bijaknya Imam Malik ra saat ia berkata kepada Abu Ja’far yang ingin memaksa orang mengikuti buku Al-Muwattha’, “Para sahabat Rasulullah berpencar di negeri-negeri. Masing-masing kaum mempunyai ilmu. Jika Anda memaksa mereka kepada satu ilmu, akan terjadi fitnah.” Tidak ada salahnya dengan perbedaan, namun yang salah adalah sikap fanatik terhadap pendapat tertentu dan menutup diri dari pendapat orang lain. Cara pandang semacam ini dapat menyatukan hati yang bersengketa ke dalam kesatuan fikrah. Cukuplah orang-orang bersatu menjadi muslim sebagaimana yang dikatakan Zaid r.a. Pandangan seperti ini sangat penting dimiliki sebuah jamaah yang ingin menyebarkan fikrah pada suatu negeri di mana yang dilanda sebuah konflik tentang masalah yang tidak semestinya diperdebatkan.”
4. Keikhlasan
Keikhlasan merupakan tuntutan yang harus dipenuhi setiap muslim dalam ibadahnya kepada Allah. Sebab ia sebagai syarat diterimanya ibadah. Ibnu Atha’illah berkata, “Amal perbuatan merupkan tubuh yang tegak. Sedangkan ruhnya adalah adanya rahasia di balik amal yang berupa keikhlasan.” Terlebih lagi bagi seorang dai dan aktivis. Aktivitas dakwahnya adalah sebaik-baik amal dan sarana taqarrub kepada Allah, tentu keikhlasan menjadi lebih urgen lagi. Seorang dai hendaknya menjauhkan kepentingan pribadi yang berupa sebutan, imbalan, dan pengaruh pribadi karena aktivitas dakwahnya.
Keikhlasan tentu saja ada buahnya. Aktivitas dakwah yang dilandasi dengan keikhlasan tentu berbeda hasilnya dengan yang dilakukan karena pamrih. Bersamaan dengan kata-kata yang diucapkan, interaksi yang dilakukan, dan kegiatan yang dilaksanakan seorang dai selalu menambatkan hatinya kepada Dzat yang menguasai dan membolak-balikkan hati. Kata orang Arab, “Kata-kata yang keluar dari hati akan sampai kepada hati pula.”
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima selain kebaikan.” Bagi seorang dari, kebaikan yang hendak dipersembahkan kepada Allah adalah keyakinannya terhadap keutamaan dakwahnya dan harapannya yang ditambatkan kepada ridha Allah semata.
5. Keluasan Wawasan
Dakwah di zaman modern sekarang ini harus didukung oleh keluasan wawasan. Karena seorang dai bertugas mengarahkan dan membimbing manusia dengan segala strata sosial dan intelektual mereka. Ia berbicara dengan dokter, pasien, guru, pegawai, kuli, insinyur, pedagang, orang pintar, dan orang bodoh. Mestinya ada penguasaan wawasan yang dapat memasuki pola pikir mereka semua.
Tidak harus menguasai semua disiplin ilmu secara mendalam, namun wawasan global tentang berbagai persoalan hendaknya dipahami. Kecuali wawasan keislaman yang secara asasi harus dikuasai. Pemahaman terhadap Al-Qur’an dan Sunnah serta wawasan keislaman lain; budaya Islam, sejarah Islam, dan lain-lain. Oleh karena itulah Imam Syahid Hasan Al-Banna memberikan tekanan khusus kepada sisi ini dan itu sebagai salah satu karakter dakwahnya. Bahwa dakwah Ikhwan juga bercirikan Jamaah Ilmiyah Tsaqafiyah (organisasi ilmu pengetahuan dan wawasan). Dan semua sarana yang dimilikinya pada dasarnya untuk membina intelektual, hati, dan jasad para anggotanya.
Keluasan wawasan yang dimiliki seorang dai membuatnya mampu menemukan ‘pembuka hati’ bagi orang-orang yang menjadi objek dakwahnya. Ketika berkomentar tentang wawasan Abu Bakar yang paling tahu tentang nasab suku Quraisy dan paling tahu tentang apa yang baik dab buruk mereka, Munir Muhammad Al-Ghadhban berkata, “Pengetahuan tidak kalah penting daripada akhlaq. Yang dituntut dalam masalah ini bukan segala macam pengetahuan. Tetapi pengetahuan mengenai masyarakat dan kecenderungan-kecenderungannya. Pengetahuan yang menjelaskan karakteristik jiwa manusia. Pengetahuan inilah yang akan memberikan daya gerak kepada dai yang merupakan pintu masuk ka hati mad’u. Setiap hati memiliki ‘kunci’, dan tugas seorang dai adalah untuk mendapatkan kunci itu agar ia bisa memasuki hatinya lalu hati itu menyambutnya.”
6. Menguasai Metodologi Komunikasi
Sebab ada pepatah Arab mengatakan, likulli maqam maqal (bagi masing-masing momen ada ungkapannya). Dan masing-masing orang memiliki kecenderungan terhadap satu bentuk komunikasi tertentu. Ada yang suka dengan gaya bicara yang berapi-api. Ada yang tertarik dengan ceramah yang banyak ‘lawak’nya. Ada pula yang tidak suka terhadap hal-hal yang monoton dan serius dan ia lebih suka kalau ceramah banyak diselingi ilustrasi. Kemampuan memilih model komunkasi yang tepat akan menjadi daya tarik yang dapat menggait hati. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya kejelasan (komunikasi) adalah sihir.”
Al-Bahi Khauli merekomendasikan kepada seorang dai agar menggunakan beberapa metodologi dalam aktivitas dakwah yang dilakukannya. Di antaranya adalah:
1. Kisah: karena dengan kisah sesuatu yang bersifat normatif bisa lebih mudah dipahami. Karena nilai-nilai itu berubah menjadi kaki yang berjalan, tangan yang bergerak, dan mulut yang berucap. Barangkali inilah di antara rahasia Al-Qur’an yang menggunakan metode kisah sebagai salah satu sarananya. Agar Islam dapat dipahami sebagai agama yang realistis dan tidak hanya bersifat kelangitan tanpa bisa diterapkan dalam kehidupan nyata. Terbukti para pelaku sejarah itu mampu melakukannya. Di samping ia juga menjadi pelajaran bagi orang-orang beriman.
2. Perumpamaan: karena dengan perumpamaan dapat mendekatkan yang jauh dan menjelaskan yang buram, juga menentukan kadar sesuatu yang abstrak. Al-Qur’an dan hadits sendiri seringkali menggunakan perumpamaan sebagai sarana menjelaskan kepada kaum Muslimin tentang ajaran Islam. Tentang hakikat amal perbuatan orang-orang kafir Allah berfirman, ” Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” (An-Nur:39)
3. Perbandingan: dan tujuannya adalah untuk menjelaskan kadar keterpautan sebuah nilai. Dalam salah satu sabdanya Rasulullah bersabda, “Shalat berjamaah lebih mulia daripada shalat sendiri dengan selisih dua puluh tujuh derajat.” Juga sabda beliau, “Perbandingan antara orang berilmu dan yang tidak berilmu seperti perbandinganku dengan sahabatku yang paling rendah (pengetahuannya.”
6. Berdoa
Setelah seluruh upaya dan sarana dikerahkan untuk menggait orang menuju Allah dalam aktivitas dakwah, seorang dai tidak boleh menyandarkan hasil kepada kemampuan dan upayanya. Upaya itu harus dikembalikan kepada Allah yang menguasai hati dan pikiran. Ini akan menjaganya dari sikap ghurur apabila dakwahnya mendapatkan kemenangan dan menjauhkannya dari berputus asa jika menemui kegagalan. Sebab ia yakin, seberapa hebat sarana yang dikuasainya, ia hanyalah senjata bisa mengenai sasaran dan bisa tidak. Doa juga dapat menutupi segala kekurangan dan kelemahannya. Sebab tidak ada orang yang memiliki semua dan menguasai segalanya secara ideal. Adakalanya seseorang memiliki kelebihan pada satu sisi, namun ia juga memiliki kekurangan pada sisi lain. Dan berdoa adalah ibadah. Adalah senjata seorang mukmin di saat senjata lain tidak mempan. Ketajaman doa dapat menembus sesuatu yang tidak bisa ditembus senjata biasa.
7. Selanjutnya, Hidayah dari Allah
Karena dai hanya menyeru dan menggerakkan potensi yang diberikan Allah. Selanjutnya hasilnya dikembalikan kepada Allah. Sebuah kegagalan, selain harus disikapi secara proporsional dengan melakukan evaluasi aktivitas dakwah dan motivasi amal da’awi, tentu harus dikembalikan kepada kehendak Allah yang berhak memberi hidayah atau tidak memberi. Dan tentu saja tidak berhenti di situ. Optimisme harus selalu ditanamkan dalam diri seberat apapun medan dakwah yang dilalui. Sebab perjalanan belum berakhir. Hidup manusia tidak berhenti sampai di sini. Masih ada harapan untuk berubah dan kembali ke jalan yang benar.
Dengan pemahaman inilah kita tidak pernah menganggap Nabi Nuh gagal dalam dakwahnya. Luth gagal. Shalih gagal. Sebab semua sarana dan prasarana telah dikerahkan untuk mengetuk pintu hati mereka. Rasulullah juga tidak pernah gagal ketika berambisi agar paman tercinta Abu Thalib mendapatkan hidayah. Karena “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al-Qashash:56)
Kegagalan adalah jika si dai itu sendiri terhapus pahala aktivitas dakwahnya karena dosanya atau is sendiri terpental dari aktivitas dakwah, melempar handuk untuk meninggalkan kancah pertarungan. Lalu ia hanya duduk-duduk bersama ‘qa’idin’. Semoga Allah mengokohkan kaki kita dengan kata-kata-Nya yang tetap. Wallahu A’lam. )!(

......

[+/-] Selengkapnya...

PACARAN NGGAK YA?????!

Apakah perwujudan cinta itu hanya berarti kasmaran saja? Hmm...menurut salah seorang peneliti, cinta itu bisa berarti banyak, dan salah satunya memang bisa diartikan kasmaran dan kasih terhadap lawan jenis. Karena perasaan senang terhadap lawan jenis itu merupakan fitrah, berarti sah-sah aja dong, namun apakah sarananya harus pacaran?
Sarana yang terbaik adalah simpan rasa itu, tata dengan rapi dan ekspresikan dengan cara yang halal, yaitu menikah. Ehem...


Senang sama lawan jenis, boleh gak ya? Bukankah itu fitrah!
Ehm, siapa yang bilang nggak boleh? Tapi apakah sarananya harus pacaran?

EMOSI CINTA
Menurut para peneliti, yang dimuat Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence, CINTA ADALAH SALAH SATU EMOSI YANG ADA PADA MANUSIA. Emosi cinta ini mengandung beberapa emosi lain seperti: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, hormat, kasmaran dan kasih.

Nah, dari emosi-emosi turunannya itu, jelas terlihat kalo PERWUJUDAN CINTA LEBIH LUAS SIFATNYA, BUKAN SEKEDAR KASMARAN SAJA. Persahabatan, penerimaan, kebaikan hati dsb bisa kita ekspresikan tanpa harus pacaran.

Tapikan, seorang laki-laki butuh perempuan, dan juga sebaliknya? Glek! (*smile*)
Jawabannya, memang iya sih! Namun, apakah lantas karena butuh itu kita jadi menerobos garis batas yang telah diatur Allah untuk menjaga kita?

WAJAR SAJA
Yap, wajar saja kalo kita senang dengan lawan jenis. Fitrah, betul itu! Tapi FITRAH BUKAN BERARTI HARUS DITURUTI SEHINGGA TAK TERKONTROL. KITA HARUS TETAP MENJAGA FITRAH AGAR TETAP MURNI DAN TAK TERKOTORI DENGAN NAFSU SESAAT. Cinta itu sendiri terbagi menjadi dua:

1. Cinta yang Syar'i
Cinta yang syar'i dasarnya adalah iman. Buka deh Q.S. 3:15, 52: 21 dan 3: 170.

2. Cinta yang Tidak Syar'i.
Sedangkan cinta yang tidak syar'i dasarnya adalah syahwat. Untuk yang ini silakan dibuka Q.S. 3:14, 80: 34-37, dan 43:67.

Kalau di stiker-stiker kamu sering baca: Cinta Allah, Rasul, dan jihad fi sabilillah, itu benar adanya. Urutan itulah yang utama. ALLAH MEMBENARKAN CINTA YANG SIFATNYA SYAHWATI seperti di Q.S. 3:14 (wanita/pria, anak, harta benda, dsb), SEBAB KECINTAAN YANG SIFATNYA SYAHWAT INI ADALAH TABIAT MANUSIA. Nah, KECINTAAN INILAH YANG PERLU DIKENDALIKAN.

Gimana cara mengendalikannya?

JAGALAH HATI
Ingat kisah Fatimah ra, putri Rasulullah saw? Setelah menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra, Fatimah mengaku pernah menyukai seorang laki-laki. Ketika ditanya Ali, siapa laki-laki itu, Fatimah menjawab lelaki itu sebenarnya Ali sendiri (ehem!).

Bisa ditarik kesimpulan, sebenarnya sudah ada bibit cinta pada diri Fatimah terhadap Ali, tapi toh beliau nggak lantas jadi kasmaran dan mengekspresikan cintanya dengan suka-suka gue. Beliau simpan rasa itu, menatanya dengan rapi dan mengekspresikan saat memang sudah
halal untuk diekspresikan, yaitu saat telah menikah.

Aduh, jauh banget ya? Nggak juga kok, karena itulah kendalinya. Kalau belum siap menikah? Ya, jangan main api. Lebih baik 'main air' saja biar sejuk. Gimana 'main air'-nya?

1. Jaga pergaulan. Bukan berarti ngggak boleh gaul sama cowok, tapi JAGA PANDANGAN (bukan berarti nunduk terus).
2. Kalau menyukai lawan jenis, CUKUP SAMPAI TAHAP SIMPATI. Jaga hati. Kalau nggak tahan, jauhi diri dari orang yang kita sukai. Banyak-banyak puasa.
3. Banyak ikut kegiatan buat mengalihkan diri. Kurangi interaksi yang kurang jelas dengan lawan jenis. Tapi harap ingat, di setiap tempat kita pasti selalu bertemu dengan lawan jenis. Jadi SOLUSI UTAMA MEMANG MENJAGA DIRI.
4. Banyakin teman (yang sejenis lho) dan cobalah untuk terbuka dengan teman itu. Jadi kamu nggak merasa kesepian. Cuma AKAL-AKALAN SI SETAN KOK KALO KAMU MERASA PUNYA TEMAN COWOK LEBIH ENAK DARIPADA TEMEN CEWEK ATAU SEBALIKNYA. Ngibul tuh si setan!
5. Masih nggak kuat dan tetap ingin pacaran? Ya silakan saja. Tapi tanggung resikonya (kamu-kan sudah baligh). Harap diketahui, API NERAKA ITU PANAS, MESKI DI MUSIM HUJAN. DOSA BESAR ITU AWALNYA DARI KUMPULAN DOSA KECIL. Nah lho!

......

[+/-] Selengkapnya...

I am The Winner (motifasi menghadapi ujian atau UAN)


Seorang pecundang akan berkata “Ini mungkin, tapi sulit” sedangkan seorang pemenang akan berkata “Ini sulit, tapi mungkin”

Sekarang kita tinggal memilih, kita akan menjadi siapa? Seorang pecundang atau seorang pemenang? Seorang pecundang yang hanya dengan melihat saja sudah menyerah, pasang kuda – kuda dan dalam hitungan ketiga lari menjauh. Seorang pecundang yang patah semangat, hilang kepercayaan diri, takut, dan percaya bahwa apa yang dilakukan akan percuma saja bahkan gatot (gagal total). Ataukah seorang pemenang, seorang pemenang yang percaya bahwa dia akan berhasil, dengan semangat, usaha, kerja keras, dan do’a dia percaya mampu menaklukkan dunia. Selanjutnya? Terserah anda!


Penulis yakin bahwa semua akan memilih menjadi seorang pemenang, karena memilih menjadi pemenang atau pecundang tidak sulit, sangat mudah hanya dengan memilih. Namun dalam pelaksanaan sulit untuk diterapkan.

Hidup adalah sumber masalah, pertempuran atau bahakan medan perang yang tidak akan pernah berhenti. Sejak kita lahir hingga membaca tulisan ini, semuanya pertempuran. Pertempuran melawan ketidakmampuan, ketidakberdayaan, dan juga pertempuran melawan ketidak maha tahuan kita.

Kita tercipta menjadi seorang pemenang sayangnya kita sendiri menjadikan diri kita seorang pecundang. Bagaimana tidak waktu kita kecil kita tidak mampu berbuat apa – apa, yang bisa kita lakukan hanya menangis. Lihatlah diri kita sekarang, kita bisa berjalan bahkan berlari, kita bisa makan bahkan membuat makanan, kita bisa berbicara bahkan bernyanyi. Coba banyangkan apa yang akan terjadi apabila sejak kita terlahir kita menjadi seorang pecundang yang takut belajar berjalan karena takut jatuh, yang takut makan sendiri karena takut belepotan dan ketakutan – ketakutan yang lain. Mungkin manusia akan punah karena tak mampu berbuat apa – apa.

Apabila kita tercipta menjadi seorang pemenang, mengapa kita rubah diri kita menjadi seorang pecundang. Pecundang yang mencari kambing hitam atas kesalahannya, pecundang yang bila diberi penghalang akan berbalik arah, pecundang yang selalu mencari jalan pintas atas semua kesulitan, pecundang yang ingin sukses tanpa kerja keras dan pecundang yang selalu menunggu keajaiban turun dari langit.

Salah satu rintangan akan kita hadapi [UAS, UAN, Ujian semester], satu rintangan yang sangat mudah dibandingkan rintangan – rintangan yang akan kita hadapi dihari yang akan datang. Inilah saatnya kita menentukan menjadi siapakah kita? Seorang pecundang atau menjadi seorang pemenang? Pemenang yang dengan sepenuh hati percaya bahwa dia akan menang, pemenang yang sadar bahwa keajaiban tidak datang dengan sendirinya melainkan dengan usaha dan kerja keras, pemenang yang tidak akan berbalik arah hanya karena ada penghalang didepannya, pemenang yang tidak akan bingung tuk mencari jalan pintas karena dia tahu dia berada di jalan yang benar, pemenang yang selalu menambah bekalnya untuk menemani perjalanannya, dan pemenang yang tidak akan membohongi diri sendiri dan orang lain tuk berbuat curang.

Jika kita memilih menjadi pemenang, masih ada waktu tuk menyiapkan semua bekal, masih ada waktu tuk menyingkirkan semua rintangan, masih ada waktu tuk mengubah pikiran kita terutama tentang apa yang kita pikirkan tentang diri kita.

And the last:
U ar what u think! So, u must believe that u ar the winner!! If u believe it, u’ll be the big winner!!
S’mangat!!

......

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 26 Januari 2011

Rahasia Keagungan Basmallah


Dalam Hadits Rasulullah saw bersabda, “Setiap pekerjaan yang baik, jika tidak dimulakan dengan “Bismillah” (menyebut nama Allah) maka (pekerjaan tersebut) akan terputus (dari keberkahan Allah)”.


Dalam sehari-hari kita tentu selalu melakukan kegiatan dan aktiviti, tanpa kegiatan dan aktiviti kehidupan kita akan hampa, hambar dan tidak produktif. Kegiatan tersebut boleh dilakukan dimana sahaja, di rumah, di pejabat, di jalan, di warung, di pasar, di sekolah dan ditempat-tempat lainn. Dan –bagi orang beriman- kegiatan atau aktiviti adalah sarana menebar kebajikan, baik kata mahupun perbuatan selalu memberikan kebaikan pada dirinya dan orang lain. Bukankah Rasulullah saw mengumpamakan jati diri seorang muslim seperti seekor lebah. Makanan yang dimakan adalah baik dan yang dikeluarkan pun baik, lebah hinggap atau tinggal tidak pernah merosakkan yang lain.
Namun kadangkala kebanyakan dari kita tidak sedar memulai segala aktiviti atau kegiatan tanpa mengucapkan membaca kalimat bismillah, padahal diterima atau tidak amal perbuatan seseorang bergantung pada kalimat tersebut.
Ketika bangun tidur sudahkah kita mengucapkan alhamdulillah dan memulai aktiviti hari itu dengan bismillah?
Ketika akan mandi, berpakaian, sarapan pagi sudahkah kita memulainya dengan bismillah?
Ketika akan berangkat ke pejabat, keluar dari rumah, naik kendaraan sudahkah kita memulainya dengan bismillah?
Ketika di pejabat, sudahkah ketika kita masuk ruangan pejabat, menyalakan komputer, membuka berkas atau file, membuka rapat, menulis, membaca memulainya dengan bismillah?
Begitu banyak lagi aktiviti yang kita lakukan dalam keseharian kita, namun sudahkan kita memulainya dengan bismillah??
Kadang kita menganggap hal tersebut adalah ringan, padahal di sisi Allah merupakan kebaikan yang bernilai besar, diberkahi atau tidaknya perbuatan dan aktiviti seseorang bergantung pada saat mulanya.
Sebenarnya apakah keistimewaan dari bismillah sehingga Allah dan Rasul-Nya mensyariatkan kepada kita untuk memulakan segala aktiviti, perbuatan dan kegiatan dengan membaca bismillah?
Sebahagian ulama salaf mengatakan bahawa “bismillah merupakan inti kandungan ajaran Islam” kerana di situ ada unsur keyakinan terhadap Allah yang telah memberikan kekuatan sehingga seseorang dapat melakukan aktiviti yang diinginkan, pangakuan akan ketidakberdayaan seseorang di hadapan Allah Taala. “La haula wala quwwata illa billah (Tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah). Apalagi kalau bacaannya kita sempurnakan dengan kata bismillahirrahmanirrahim maka kita telah meyakini akan kebesaran Allah yang telah memberikan nikmat dan karunia, kasih sayang dan rahimnya kepada seluruh makhluk-Nya.
Jika kita teliti secara bahasa, maka akan kita dapatkan keagungan kalimah bismillahirrahmanirrahim. kata Bismillah misalnya merupakan tiga rangkaian kata yang mengandung erti yang agung iaitu Ba (bi), Ism, dan Allah.
1. Huruf ba yang dibaca bi di sini mengandung dua erti:
Pertama: huruf bi yang diterjemahkan dengan kata “dengan” menyimpan satu kata yang tidak terucapkan tetapi harus terlintas dalam benak ketika mengucapkan basmalah, iaitu memulai. Sehingga bismillah bererti “saya atau kami memulai dengan nama Allah”. Dengan demikian kalimat tersebut menjadi semacam doa atau pernyataan dari pengucap. Atau dapat juga diertikan sebagai perintah dari Allah (walaupun kalimat tersebut tidak berbentuk perintah), “Mulailah dengan nama Allah!”.
Kedua: huruf bi yang diterjemahkan dengan kata “dengan” itu, dikaitkan dalam benak dengan kata “kekuasaan dan pertolongan”. Pengucap basmalah seakan-akan berkata, “dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, pekerjaan yang sedang saya lakukan ini dapat terlaksana”. Pengucapnya seharusnya sedar bahawa tanpa kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, apa yang sedang dikerjakannya itu tidak akan berhasil. Ia menyedari kelemahan dan keterbatasan dirinya tetapi pada saat yang sama –setelah menghayati erti basmalah ini – ia memiliki kekuatan dan rasa percaya diri kerana ketika itu dia telah menyandarkan dirinya dan bermohon bantuan Allah Yang Maha Kuasa itu.
2. Kata Ism setelah huruf bi terambil dari kata as-sumuw yang bererti tinggi dan mulia atau dari kata as-simah yang bererti yang bererti tanda. Kata ini biasa diterjemahkan dengan nama. Nama disebut ism, kerana ia seharusnya dijunjung tinggi atau kerana ia menjadi tanda bagi sesuatu.
Syaikh Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan dengan penyebutan nama di sini bererti dirinya memulai pekerjaan dengan nama Allah dan atas perintahnya bukan atas dorongan hawa nafsu belaka.
Penyebutan nama Allah diharapkan pekerjaan itu menjadi kekal disisi Allah. Di sini bukannya Allah yang nama-Nya disebut itu yang kita harapkan menjadi kekal kerana Dia justru Maha Kekal. Namun yang kita harapkan adalah agar pekerjaan yang kita lakukan itu serta ganjarannya menjadi kekal sampai hari kemudian. Banyak pekerjaan yang dilakukan seseorang tetapi tidak mempunyai bekas apa-apa terhadap dirinya atau masyarakatnya, apalagi berbekas dan ditemui ganjarannya di hari kemudian. Demikianlah Allah mentamsilkan perbuatan orang-orang yang kafir yang tidak dibarengi dengan keikhlasan kepada Allah, “Dan Kami hadapi hasil-hasil karya mereka (yang baik-baik itu), kemudian Kami jadikan ia (bagaikan) debu yang beterbangan (sia-sia belaka). (QS 25: 23)
3. kata Allah, berakar dari kata walaha yang bererti menghairankan atau menakjubkan. Jadi Tuhan dinamakan Allah kerana segala perbuatan-Nya menakjubkan dan menghairankan. Kerana itu terdapat petunjuk yang menyatakan, “Berfikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berfikir tentang Dzat-Nya”.
Sementara itu sebagian ulama mengungkapkan bahawa kata Allah terambil dari kata aliha – ya’lahu yang bererti menuju dan bermohon. Tuhan dinamai Allah kerana seluruh makhluk menuju serta bermohon kepada-Nya dalam memenuhi keperluan mereka, atau juga bererti menyembah dan mengabdi, sehingga lafazh Allah bererti “Zat yang berhak disembah dan kepada-Nya tertuju segala pengabdian”.
Syaikh Mutawalli Sya’rawi, seorang guru besar pada universitas Al-Azhar, ulama kontemporeri dan pakar bahasa menyebutkan dalam tafsirnya tentang keistimewaan lafadz Allah ; “Lafadz Allah selalu ada dalam diri manusia, walaupun ia mengingkari wujud-Nya dengan ucapan atau perbuatannya. Kata ini selalu menunjuk kepada Dia yang diharapkan bantuan-Nya itu. Perhatikanlah kata Allah. Bila huruf pertamanya dihapus, maka ia akan terbaca Lillah yang ertinya “demi/kerana Allah”. Bila satu huruf berikutnya dihapus, akan terbaca lahu, yang ertinya untuk-Nya. Bila huruf berikutnya dihapus, maka ia akan tertulis huruf ha yang dapat dibaca hu (huwa) yang ertinya Dia”.
Apabila anda berkata Allah maka akan terlintas atau seyogianya terlintas dalam benak Anda segala sifat kesempurnaan. Dia Mahakuat, mahabijaksana, Mahakaya, Maha Berkreasi, Mahaindah, Mahasuci dan sebagainya. Seseorang yang mempercayai Tuhan, pasti meyakini bahawa Tuhannya Mahasempurna dalam segala hal, serta Mahasuci dari segala kekurangan.
Sifat-sifat Tuhan yang diperkenalkan cukup banyak. Dalam salah satu hadits dikatakan bahawa sifat (nama-nama) Tuhan berjumlah sembilan puluh sembilan nama (sifat).
Demikian banyak sifat (nama) Tuhan, namun yang terpilih dalam basmalah hanya dua sifat, iaitu Ar-Rahman dan Ar-Rahim yang keduanya terambil dari akar kata yang sama. Agaknya sifat ini dipilih, kerana sifat itulah yang paling dominan. Dalam hal ini Allah dalam Al-Quran menegaskan “Rahmat-Ku mencakup segala sesuatu”. (QS 7: 156). Sebuah hadits Qudsi menyebutkan bahawa rahmat Allah mengalahkan amarah-Nya.
Kedua kata tersebut, Ar-Rahman dan Ar-Rahim, berakar dari kata Rahm, yang bererti peranakan atau kandungan. Apabila disebut kata Rahim, maka yang terlintas di dalam benak adalah ibu dan anak, dan ketika dapat terbayang betapa besar kasih sayang yang dicurahkan sang ibu kepada anaknya. Tetapi, jangan disimpulkan bahawa sifat Rahmat Tuhan sepadan dengan sifat rahmat ibu.
Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah saw yang mendekatkan gambaran besarnya rahmat Allah: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Allah SWT menjadikan rahmat itu seratus bagian, disimpan di sisi-Nya sembilan puluh sembilan dan diturunkan-Nya ke bumi itu satu bagian. Satu bagian inilah yang dibagi pada seluruh makhluk. (begitu ratanya sampai-sampai satu bagian yang dibagikan itu diperoleh pula oleh) seekor binatang yang mengangkat kakinya kerana dorongan kasih saying, khawatir jangan sampai menginjak anaknya”. (HR. Muslim)
Dalam ungkapan lainnya disebutkan bahawa kata Rahman adalah merupakan sifat kasih sayang Allah kepada seluruh makhluk-Nya yang diberikan di dunia, baik manusia beriman atau kafir, binatang dan tumbuh-tumbuhan serta makhluk lainnya. Bukankah kita –dengan kasih sayang-Nya- telah diberikan kehidupan, diberikan kemudahan menghirup udara, kemudahan berjalan, berlari dan melakukan segala aktivitinya, walaupun sangat sedikit dari kita mau merenungkan apalagi mensyukuri segala nikmat tersebut? Allah senantiasa memberikan kasih sayang-Nya kepada manusia sekalipun mereka ingkar kepada-Nya.
Sementara itu kara Rahim diberikan secara khusus oleh Allah kelak nanti dialam akhirat iaitu hanya bagi mereka yang beriman dan mensyukuri segala kenikmatan yang telah dianugrahkan kepada mereka. Kasih sayang-Nya secara khusus diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang mengabdikan dirinya kepada Allah dan yakin bahawa semua kenikmatan adalah bersumber dari Allah. Bahkan yakin bahawa segala amal ibadahnya, perbuatan baiknya tidak akan menjamin akan dirinya masuk ke syurga-Nya kecuali kerana Rahmat-Nya.
Suatu hari Rasulullah saw berpesan kepada para sahabatnya, “Bersegeralah kalian berbuat baik dan perkuatlah hubungan kepada Allah. Dan ketahuilah bahawa amal kalian tidak menjamin kalian masuk syurga. Sambil kehairanan para sahabat bertanya, “Termasuk Engkau wahai Rasulullah”? Rasulullah saw menjawab, “Betul, termasuk saya.. kecuali jika Allah menganugerahkan rahmat-Nya dan karunia-Nya kepadaku”. Wallahu a’lam.

......

[+/-] Selengkapnya...

Selasa, 25 Januari 2011

Video Kegiatan Ramadan 1432 H

RISMA 1431 H-1.msdvd

......

[+/-] Selengkapnya...

FOTO MABIT N OUTBOUND MEDIO 2010









......

[+/-] Selengkapnya...

FOTO MABIT N OUTBOUND MEDIO 2010

INI beberapa album kenangan saat kita berbagi...berbagi hati..berbagi cinta..berbagi di jalan Ilaahi....

......

[+/-] Selengkapnya...

BUNGA MELATI


Tanaman bunga melati ini mengandung bahan kimia sepeti asam format, asam asetat, asam benzoat, asam salicylat, benzyl linalool dan lain-lain yang membuat bunga dan daunnya memiliki efek farmakologis rasa pedas, manis dan sejuk.


Sedangkan pada akarnya mengandung rasa pedas, manis netral dan agak beracun. Secara umum tanaman melati berkhasiat untuk beberapa penyakit diantaranya : bunga dan daun untuk radang mata merah, menghentikan produksi ASI yang berlebihan dan sesak nafas. Sedangkan bagian akar dapat digunakan untuk penyakit Insomnia,bengkak akibat gigitan binatang.
Pemakaian tanaman melati sebagai obat dapat digunakan sebagai obat luar maupun obat dalam. Cara pemakaian tanama melati untuk pengobatan : susah tidur (insomnia) dengan mencuci bersih 1 – 1,5 gram akar melati, digiling kemudian ditambahkan air matang secukupnya , disaring dan diminum. Pada mata yang mengalami peradangan menggunakan 6 gram bunga melati yang dicuci bersih lalu digodok. Sebagian airnya digunakan untuk diminum dan sebagian lagi untuk cuci mata. Untuk menghentikan produksi ASI yang berlebihan bunga daun daun melati dimemarkan, kemudian ditempelkan pada payudara diganti beberapa kali sehari. Untuk sesak nafas dapat menggunakan 3 gram bunga melati yang diuci bersih lalu digodok dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Sehari diminum 2 x ½ gela

......

[+/-] Selengkapnya...

ROSE FOR MAMA


Ibu kaulah wanita yang mulia
Derajatmu tiga tingkat dibanding ayah
....

Lagu qasidah tahun 90-an ini memberi inspirasi kepada kita tentang betapa mulianya seorang ibu. Pertanyaannya adalah apa yang telah kita berikan sebagai bentuk terima kasih kita atas segala cintanya.

Kisah berikut semoga memberi pencerahan...

Seorang pria berhenti ditoko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang ibu yang tinggal sejauh 250 km darinya. Begitu keluaar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu menanyainya kenapa menangis? Dan di jawab oleh sang gadis kecil, " SAya ingin membeli setangkai bunga maawar merah untuk ibu saya. Tapi saya cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan harga mawar itu seribu".

Pria itu tersenyum dan berkata, "Ayo ikut, aku akan membelikamu bunga yang kau mau.". Kemudian ia membelikan gadis itu setangkai bunga mawar merah, sekaligus memesankan karangan bunga yang akan dikirimkan kepada ibunya.

Ketika selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira, katanya,"Ya tentu saja, maukah Anda mengantar ke tempat ibu saya?"

Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan si gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum, di mana lalu gadis kecil itu meletakkan bunganya pada sebuah kuburan yang masih basah.

Melihat ini, hati pria tersebut menjadi trenyuh dan teringat sesuatu. Bergegas ia menuju ke toko bunga tadi dan membatalkan kirimannya.Ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250 km menuju rumah ibunya.

(Rose for mama: CW McCall)

......

[+/-] Selengkapnya...

Senin, 24 Januari 2011

Jauhkan Rindu


Bila rindu kembali menjengah,
Menyusup datang melalui sekeping gambar,
Begitu terasa bibirku bergetar,
Begitu terasa kakiku makin longlai.

Ku lihat pada jari-jemariku,
Menggigil dalam bahang tengah hari,
Ku sentuh pada bibirku,
kering mengelupas,
Ku letakkan tangan pada dadaku,
Degupannya menjadi deras.


Ku lihat wajahku dalam refleksi,
Warnanya pucat membiru,
Tiada kilauan dalam mata,
Tiada cahaya pada wajah.
Hanya kelesuan jelas kelihatan.

Yang lain menggelar rasa ini 'cinta',
Lalu mereka hairan aku menolak 'cinta',
Tapi aku pasti ianya adalah 'petaka' ,
kerana rindu ini rindu yang memusnahkan,
Rindu ini rindu yang mencemarkan,
Kerana rindu ini rindu yang tidak halal untukku,
Kerana rindu ini boleh mengundang dosa.

Dahulu,
Jika rindu yang sama bertandang,
Akulah insan paling bahagia.

Kini,
Jika rindu yang sama bertamu,
Akulah insan paling sengsara.

Aku tak mahukan rasa ini,
Aku tak mahukan rindu ini.

Rindu ini yang dahulu telah melalaikanku dari mengingati-Mu,
Rindu ini yang dahulu menghalangku dari kemanisan beribadat kepada-Mu,
Rindu ini yang dahulu membutakan mataku dari melihat jalan-Mu,
Rindu ini yang dahulu membinasakan cinta suci hamba-Mu.

Rabbi,
Jangan kau benarkan rindu ini menggigitku,
kerna aku takut dihinggapi virus cinta buta.

Rabbi,
Jangan kau biarkan rindu ini menghantuiku,
kerna aku takut pada bayangannya,
Kerna ku tahu jatuh cinta itu,
Hanya bisa pada Tuhan,
Kerna ku tahu nafsu ini,
Sering membawa ke arah kejahatan,
Yang datang dari godaan syaitan.

Rabbi,
Ku mohon,
Jauhkanlah aku dari 'petaka' rindu ini,
Hadirkanlah aku pada cinta-Mu,
Cinta yang kekal dan abadi.

- Artikel iluvislam.com

......

[+/-] Selengkapnya...

IKHLAS DAN MEMPERBAHARUI NIAT

Tiada guna ilmu tanpa amal
Tiada guna amal tanpa keikhlasan

Sahabat Melati,
Hidup penuh karya dan produktif adalah impian semua orang. Karya yang terlahir dari inspirasi dan ketulusan hati akan berbuah manis berupa manfaat yang tertebar pada seluruh kehidupan.
Karya yang bermula dari kebeningan jiwa dan kebersihan akal, akan menjadikan pelakunya konsisten dalam kebaikan dan orang lain merasakan kesejukan.

TUJUAN ISNTRUKSIONAL
Setelah mengikuti siaran ini pemirsa diharapkan mampu :
1. Menunjukkan pengertian pemabaharuan niat
2. Menyebutkan tiga dalil Al Qur’an maupun hadits tentang perintah untuk memperbaharui niat
3. Termotivasi untuk senantiasa memperbaharui niatnya
4. Menyertakan niat yang baik dalam setiap aktifitas hariannya.

POKOK-POKOK MATERI
1. Ta’rif Niat
Dalam bahasa Arab, niat sering didefinisikan sebagai : Suara/getaran hati terhadap sesuatu yang dihadapi sesuai dengan keinginan untuk mendapatkan keuntungan atau menghindarkan kerugian. Dalam pengertian selanjutnya yang populier dalam ilmu syar’iy niat didefinisikan sebagai : Keinginan untuk melakukan amal perbuatan karena mengharap ridha Allah.

2. Dalil-dalil tentang ikhlas dalam berniat melakukan amal perbuatan.
a. Al Qur’an Surah Al Bayyinah/98:5
b. Al Qur’an surah Az Zumar/39:11
c. Sabda Nabi: “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya….al hadits.
d. Sabda Nabi :“Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa dan kekayaanmu, akan tetapi Allah sangat memperhatikan hati dan perbuatanmu” Muttafaq alaih.

3. Kedudukan niat
a. Niat akan menentukan diterima atau tidaknya amal perbuatan seseorang. Sabda Nabi : “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya….

b. Niat akan menentukan balasan yang Allah berikan kepada seseorang. Rasulullah SA bersabda : Manusia itu ada empat macam: Orang yang dikaruniai ilmu dan harta dan ia amalkan ilmunya pada hartanya, lalu ada seseorang yang (melihatnya) dan berkata” Jika saja Aallah memberikan kepadaku seperti yang diberikan kepadanya maka saya akan berbuat seperti yang ia perbuat. Maka kedua orang ini sama pahalanya. Dan orang yang dikaruniai harta tanpa ilmu, sehinga ia tersesat dengan hartanya, lalu ada orang yang (melihatnya) dan berkata : “Jika saja Allah berikan kepadaku seperti harta yang diberikan kepadanya maka saya akan berbuat seperti yang ia perbuat. Maka keduanya sama dosanya" HR Ibn Majah. Seseorang yang berniat baik diberi pahala sebelum beramal, dan yang berniat buruk berdosa sebelum berbuat.

c. Untuk membedakan antara ibadah dengan bukan ibadah, seperti orang yang duduk di masjid, pakah hanya sekedar istirahat atau I’tikaf, dsb.

d. Untuk membedakan satu ibadah dengan ibadah lainnya. Seperti orang yang berpuasa di luar bulan Ramadhan, apakah karena kifarat, nazar, qadha’, atau puasa sunnah.

4. Urgensi memperbaharui niat
Karena banyak virus yang menyerang keikhlasan niat seseorang, maka perlu sesering mungkin memperbaharui niat itu agar semakin bersih dan murni karena Allah semata-mata.
Virus-virus niat itu antara lain.:
a. Keinginan berhenti dari suatu amal perbuatan.
b. Bergeser dari keinginan semula, karena pengaruh bermacam-macam kebutuhan
c. Munculnya keragu-raguan terhadap suatu amal perbuatan.
5. Kisah-kisah teladan dalam niat yang ikhlas.

a. Kisah paa sahabat yang tinggal di Madinah, tidak dapat ikut serta dalam perangTabuk karena sakit, tetapi mereka mendapatkan pahala seperti mereka yang ikut dalam perang itu, karena memiliki niat yang baik.

b. Kisah Yazid bin Al Ahnas dengan anaknya. Yazid bersedekah beberapa dinar dan meletakkannya di belakang seseorang yang sedang shalat di masjid. Sebelum orang itu mengambilnya, datang anaknya yanr bernama Ma’n bin Yazid. Melihat ada sedekah Ma’n mengambilnya. Ketika ia tunjukkan kepada ayahnya (Yazid), ayahnya berkata : “Saya tidak ingin memberikannya kepadamu”. Akhirnya Ma’n mengadukan hal itu kepada Rasulullah. Dan Rasulullah memutuskan :”Wahai Yazid, kamu telah memperoleh pahala niatmu (bersedekah), dan kamu berhak memperoleh apa yang kau ambil wahai Ma’n” HR Al Bukhariy.

c. Dari Abu Musa Al Asyariy berkata : Rasulullah ditanya tentang seseorang yang berperang karana syaja’ah (berani), hamiyyah (fanatis), dan riya (pamer), siapakah di antara mereka yang berjihad fi sabilillah? Rasulullah menjawab: “Yang berperang untuk meninggikan kalimah Allah-lah yang berjihad fi sabilillah” Muttafaq alaih.

d. Kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua tertutup batu besar, hingga mereka berkesimpulan tidak akan ada yang menyelamatkan dirinya kecuali berdoa kepada Allah dengan menyertakan amal shaleh yang pernah diperbuat. Lalu berdoalah orang pertama dengan pengabdiannya kepada orang tua, yang kedua dengan sikap iffah (menahan diri dari perbuatan dosa pada saat mampu melakukannya, dan ketiga berdoa kejujurannya memenuhi hak orang lain (membayar gaji karyawan), hingga mereka bisa keluar selamat dari bahaya itu. Hadits muttafaq alaih.

e. Dsb.

Wallah a’lam

......

[+/-] Selengkapnya...

Mars Risma Melati (edisi baru)

Berlandaskan Alqur’an dan Sunnah
Kita Bersatu Berukhuwah Di Risma
Dengan Keikhlasan Dan Kejujuran
Mari Bekerja Berjuang Dan Berdakwah 2X


REF
Bukan Mengejar Pangkat Dan Harta
Bukan Mencari Uang Dan Kekayaan
Demi Berkhidmat Kepada Bangsa
Untuk mendapat Rido Ilaahi

Teman Di Risma Kita Jadikan
Saudara Sahabat Yang Sejati
Bersatu Teguh Dan Istiqamah
Miliki Sifat Mukmin Mulia 2x

Bertolong Bantu Karena Allah
Contohi Peribadi Rasul
Berjuanglah Bersama Risma
Untuk Agama Negara Dan Bangsa

Bersama Risma Kita Berdakwah
Ikuti Sunnah Rasull
Berjuanglah ....Berkorbanlah,,,,,
Semoga Amal Diterima Allah
DALAM IKATAN Risma WikaRya

......

[+/-] Selengkapnya...

Cinta Tak Terbalas



Kadang saya iri melihat orang-orang di sekeliling saya, disayangi oleh “seseorang”. Apalagi di bulan Februari. Di mana-mana nuansanya Valentine. Saya memang penganut “tiada pacaran sebelum akad”, tapi sebagai manusia kadang timbul juga perasaan ingin diperhatikan secara istimewa.
Saya tidak pernah tahu rasanya candle light dinner. Pun tidak pernah menerima bunga mawar merah. Tidak ada yang menawarkan jaketnya saat saya menggigil kedinginan. Atau berpegangan tangan sambil melihat hujan meteor. (Deuh, Meteor Garden banget! He..he...)

Yah, mungkin saya bisa merasakan sekilas hal-hal itu kalau saya sudah menikah. Mungkin. Mudah-mudahan. Tapi sampai saatnya tiba, bagaimana caranya supaya tidak kotor hati?
Lalu saya pun tersadar, tiga kata cinta yang saya rindukan itu sudah sering saya dengar. Orang tua saya selalu mengucapkannya. Memanggil saya dengan “sayang” betapapun saya telah menyusahkan dan sering menyakiti mereka. Mungkin mereka bahkan memanggil saya seperti itu sejak saya belum dilahirkan. Padahal belum tentu saya jadi anak yang bisa melapangkan mereka ke surga... Belum tentu bisa jadi kebanggaan... Jangan-jangan hanya jadi beban...
Tatapan cinta itu juga sering saya terima. Dari ibu yang bergadang menjaga saya yang tengah demam... Dari ayah yang dulu berhenti merokok agar bisa membeli makanan untuk saya... Dari teman yang beriring-iring menjenguk saya ketika dirawat di rumah sakit... Dari adik yang memeluk saya ketika bersedih. Dari sepupu yang berbagi makanan padahal ia juga lapar. Dari orang tua teman yang bersedia mengantarkan saya pulang larut malam. Betapa seringnya kita tidak menyadari...
Tidak hanya dari makhluk hidup. Kasih dari ciptaan Allah lainnya juga melimpah. Matahari yang menyinari dengan hangat. Udara dengan tekanan yang pas. Sampai cinta dari hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan. Saya pernah membaca tentang planet Jupiter. Sebagai planet terbesar di tata surya kita, Jupiter yang gravitasinya amat tinggi, seakan menarik bumi agar tidak tersedot ke arah matahari. Benda-benda langit yang akan menghantam bumi, juga ditarik oleh Jupiter. Kita dijaga! (Maaf buat anak astronomi kalau salah, tapi setahu saya sih kira-kira begitulah)
Di atas segalanya, tentu saja ada cinta Allah yang amat melimpah. Duh... Begitu banyaknya berbuat dosa, Allah masih berbaik hati membiarkan saya hidup... Masih membiarkan saya bersujud walau banyak tidak khusyunya. Padahal kalau Ia mau, mungkin saya pantas-pantas saja langsung dilemparkan ke neraka Jahannam... Coba, mana ada sih kebutuhan saya yang tidak Allah penuhi. Makanan selalu ada. Saya disekolahkan sampai tingkat tinggi. Anggota tubuh yang sempurna. Diberi kesehatan. Diberi kehidupan. Apalagi yang kurang? Tapi tetap saja, berbuat maksiat, dosa... Malu...
Tentu ada ujian dan kerikil di sepanjang kehidupan ini. Tapi bukankah itu bagian dari kasih-Nya juga? Bagaimana kita bisa merasakan kenikmatan jika tidak pernah tahu rasanya kepedihan? Buat saudaraku yang diuji Allah dengan cobaan, yakinlah bahwa itu cara Allah mencintai kita. Pasti ada hikmahnya. Pasti!
Jadi, selama ini ternyata saya bukan kekurangan cinta. Saya saja yang tidak pernah menyadarinya. Bahkan saya tenggelam dalam lautan cinta yang begitu murni.
Sekarang pertanyaannya, apa yang telah kita lakukan untuk membalasnya? Kalau saya, (malu nih..) sepertinya masih sering menyakiti orang lain. Sadar ataupun tidak sadar. Kalaupun tidak sampai menyakiti, rasanya masih sering tidak peduli dengan orang. Apalagi pada Allah... Begitu besarnya cinta Allah pada saya dan saya masih sering menyalahgunakannya. Mata tidak digunakan semestinya... Lisan kejam dan menyayat-nyayat... Waktu yang terbuang sia-sia...
Kalau sudah seperti ini, rasanya iri saya pada semua hal-hal yang berbau “pacaran pra nikah” hilang sudah. Minimal, berkurang drastislah. Siapa bilang saya tidak dicintai? Memang tidak ada yang mengantar-antar saya ke mana-mana, tapi Allah mengawal saya di setiap langkah. Tidak ada candle light dinner, tapi ada sebuah keluarga hangat yang menemani saya tiap makan malam. Tidak ada surat cinta, tapi bukankah Allah selalu memastikan kebutuhan saya terpenuhi? Bukankah itu juga cinta?
Entah cinta yang “resmi” itu akan datang di dunia atau tidak. Tapi ingin rasanya membalas semua cinta yang Allah ridhoi. Tulisan ini bukan untuk curhat nasional. Yah, siapa tahu ada yang senasib dengan saya J Yuk, kita coba sama-sama. Jangan sampai ada cinta halal yang tak terbalas... (ariyanti)

......

[+/-] Selengkapnya...

Tips Berjilbab Syar'i dan sehat



Bagi anda yang sering menutupi rambut dengan jilbab, topi atau sejenisnya kesehatan rambut harus anda perhatikan. Udara yang minimalis dalam jilbab ternyata bisa merusak rambut anda. Untuk itu simak tips berikut ini:


1. Pilihlah kerudung atau jilbab dari bahan yang mudah menyerap keringat. Seperti katun atau kaos. Bahan kain yang mudah menyerap keringat dan berpori-pori besar sangat berguna untuk memudahkan sirkulasi udara di kepala.

2. Anda suka model kerudung modern. Boleh saja anda mengkreasikan model kerudung anda hingga berlapis-lapis. Tapi ingat jangan lebih dari 4 helai ya. Semakin tebal kerudung anda, makin sulit rambut anda bernafas.

3. Hindari menggunakan lapisan kerudung dengan terlalu sering dan kencang. Selain membutat rambut sulit bernafas, hal ini juga berpotensi untuk membuat kulit kepala lembab.

4. Jika hendak menggunakan jilbab lebih baik anda mengurai rambut anda atau jangan mengikatnya terlalu kencang. Untuk menghindari rambut yang digulung sebaiknya jangan biarkan rambut anda penjang melebihi 60 cm.

5. Hindari warna gelap untuk kerudung atau jilbab. Warna gelap mudah menyerap matahari. Jika aktivitas anda lebih banyak di bawah sinar matahari lebih baik pilih warna lembut atau putih.

6. Jangan terlalu sering mengikat kerudung anda di bagian leher. Udara yang keluar masuk ke rambu anda akan semakin menipis jika anda mengikat kerudung di leher. Kerudung sebaiknya dilepas hingga bagian tepinya menjuntai agar rambut muda bernafas

......

[+/-] Selengkapnya...

KIPRAH MUSLIMAH DI KANCAH DAKWAH

Berdakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim dan ia bukan hanya menjadi tanggung jawab kaum pria saja, tetapi juga kaum wanita. Allah Imran (3) : 104:

“Dan hendaklah ada di antara kamu, sebagian umat yang menyeru kepada kebajikan, meyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”


Dari ayat tersebut, secara umum memerintahkan setiap muslim, termasuk pula muslimah untukAllah turut ambil bagian dalam pergerakan dakwah Islam. Sejak zaman Rasulullah muslimah memegang peranan yang penting dalam menyebarluaskan syiar Islam. Seperti Ummul Mukminin Aisyah yang dikenal sebagai tokoh muslimah teladan yang dengan kedalaman ilmunya, sebagai hasil tarbiyah langusng dari suami , beliau menjadi sumber rujukan,sekaligus manusia yang paling utama, Rasulullah oleh para sahabat dan kaum muslimin saat itu. Bahkan dalam sejarah Islam beliau yang paling banyak dikenal sebagai salah satu dari sahabat Rasulullah meriwayatkan hadits.

Melihat kondisi ummat manusia dewasa ini khususnya kaum muslimin, maka dakwah lil Islam ini terasa semakin dibutuhkan sebagai penerangan kepada kaum manusia untuk kembali ke jalan yang benar. Tersebarluasnya kemaksiatan dan dekadensi moral, pelecehan terhadap sebagian atau seluruh syari’at Islam, dan lain sebagainya, semakin menuntut keterlibatan kaum muslimah untuk menyerukan kebenaran Islam, secara lisan maupun perbuatan. Di sinilah terlihat jelas peran aktif muslimah dalam dakwah Islamiyah

Beberapa hal yang menjadi bekal dalam da’wah

Sebelum melangkah jauh dalam da’wah, ada beberapa hal yang perlu menjadi bekal dan perhatian seorang muslimah dai’yah di antaranya :

1. Seorang muslimah daiyah hendaknya memiliki pemahaman yang mendalam akan ilmu-ilmu syar’i, makna-makna, dan hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Ini adalah bekal pokok dalam berdakwah. Tanpa bekal ilmu yang cukup, maka ia tidak akan mungkin bisa menyampaikan kebenaran yang haq kepada manusia. Betapa banyak saat ini orang-orang yang berdakwah tidak dilandasi dengan ilmu dan pemahamn yang benar tentang Islam. Akibatnya, mereka bukannya mengeluarkan manusia dari kebodohan dan kenistaan, justrue sebaliknya, mereka malah membuat ummat ini semakin jauh dari kebenaran. Tidaklah mengherankan jika ummat ini semakin terpuruk dalam berbagai klemersotan, kemunduran, penganiayaan, dan pelecehan oleh ummat-ummat lain. Itu semua pada prinsipnya kembali pada ummat ini sendiri yang tidak mau kembali kepada ajaran Islam yang murni. Karena kebodohannya, mereka hanya mau menjalankan Islam sebatas apa yang mereka terima dari nenek-nenek moyang mereka, padahal sesungguhnya mereka itu sama sekali tidak mengetahui apa-apa. Benarlah kiranya firman Allah

“Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk.” (Al Maaidah : 104).

Yang lebih parah lagi adalah, sebagian besar kaum meuslim menganggap baik peribadatan yang mereka lakukan, padaha; apa-apa yang mereka lakukan itu sungguh sangat jauh dari Al Qur’an, As Sunnah, dan pemahaman para salafushshaleh. Peribadatan-peribadatan bid’ah dianggap baik sementara peribadatan-peribadatan yang mengikuti sunnah dianggap asing, bahkan dijauhi dan dicemoohkan.

Semakin dilazimkannya perbuatan-perbuatan kemungkaran dan semakin banyaknya syubhat tentang dien ini, sungguh-sungguh membutuhkan ilmu dari seorang dai/daiyah untuk dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Mana perkara yang masyru’ dan mana yang bid’ah. Mereka inilah yang akan mampu mengeluarkan ummat Islam dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Allah

: berfirman dalam Al Qur’an surah An Nahl (16) : 89: وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَؤُلَاءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِين (النحل :89) (Dan Ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammmad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan telah Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang Islam.
Dalam riwayat Imam bersabda :Ahmad dan Imam Ibnu Majah, Rasulullah
تَرَكْتكم عَلى المثل بَيْضَاءِ ليلها كنهارها لاَ يَزِيْغ عَنْهَا إلا هَالِكَ
Saya telah meninggalkan kamu wahai umatku seperti baidhoh yang sangat putih (artinya : sangat jelas/terang sekali), malamnya sama dengan siangnya, tidak ada yang berpaling dari syariatku kecuali ia akan binasa.

2. Iman yang dalam yang melahirkan cinta kepada Allah, takut kepada-Nya (siksa-Nya), optimis akan rahmat-Nya dan mengikuti segala petunjuk Rasulullah. Keimanan ini sangatlah dibutuhkan dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dakwah yang semakin besar. Seorang daiyah perlu membentengi diri dengan keimanan sehingga ia tidak akan mudah terbawa oleh arus kemerosotan yang terjadi di sekelilingnya. Dengan keimanan pula, seorang dai dan daiyah akan bisa tetap untuk istiqomah dengan kebenaran yang diembannya, seberapapun besar penentangan yang ia hadapi, seberapapun keji fitnah yang menimpanya. Seorang dai/daiyah yang memiliki keimanan di dadanya, tidak akan pernah merasa khawatir dan takut akan apapun, karena ia yakin akan kekuatan yang Maha Tinggi dan Maha Besar milik Allah Allah pun telah menurunkan ketenangan di hati orang-orang yang beriman, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al Fath (48) : 4:
هوالذىانزلالسكينةفىقلوب المؤمنين ليزدادواإيمنامع إيمنهم... (الفتح : 4)
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu’min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada) ...”

Di dalam ayat berfirman:yang lain Allah
...وإذاتليت عليهمءايته،زادتهم إيمنا... (الأنفال:2) “...dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) ... (QS Al Anfaal : 2)
Dalam Al Qur’an Surat Al Muddatstsir (74) : 31: وَمَاجَعَلْنَاأَصْحبَ النارِإِلامَلئِكَهِ وَمَاجَعَلْنَاعِدتَهُمْ إِلافِتْنَةً لِلذِينَ كَفَرُوالِيَسْتَيْقِنَ أُوتُواالكِتبَ وَيَزْدَادَالذِينَءَامَنُواإِيمناً... (المدثر:31) “Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya...”

3. Selalu berhubungan dengan Allah dalam rangka tawakkal atau meminta pertolongan-Nya dalam da’wah. Dalam hadits Rasulullah bersabda:
وإذا سأ لت قا سئل الله وإذا الستعنت فستعن بالله
“Dan apabila , dan apabila kamu meminta, engkau meminta maka mintalah kepada Allah pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah

4. Membina diri untuk berakhlak mulia. Hal ini juga harus mendapat perhatian dari para muslimah daiyah, karena mereka adalah orang yang menjadi pencerminan kebenaran yang ia bawa. Islam akan dengan mudah didakwahkan apabila para mad’u melihat refleksi dari ajaran tersebut pada diri seorang daiyah. Sebaliknya, orang justru akan menjauhi seorang daiyah, apabila ia menyeru manusia kepada kebenaran akan tetapi ia sendiri tidak melakukan kebenaran tersebut.
Firman Allah Allah أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (البقرة :44) Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?
Kalau ada yang menasehati dengan ayat ini, jangan dikatakan “itu ditujukan hanya kepada orang Yahudi”. Memang ayat ini pertama kali diturunkan kepada Yahudi, namun ia berlaku secara umum; bahwa siapasaja yang berlaku dengan kelakuan seperti itu berarti dia telah melakukan kesalahan, dan sebagaimana Allah mencela orang Yahudi maka Allah juga mencela orang tersebut.

Daiyah yang seperti ini selain hanya akan menjadikan cemoohan manusia, juga yang lebih . Kemunduran berbahaya lagi adalah mendatangkan celaan dan laknat dari Allah Islam saat ini sedikit banyaknya juga dipengaruhi oleh tidak atau kurangnya panutan dari para daiyah, sehingga ummat Islam ini tidak bisa melihat figur pemimpin ummat yang betul-betul bisa dicontoh akhlaknya. Sebaliknya, pada zaman Rasulullah dan para salaf dahulu, umat Islam begitu mudah tersentuh oleh siraman Islam karena mereka juga melihat kebenaran dan cahaya Islam itu terpancar dari dalam diri para pendakwah pada masa tersebut. Dari sirah Rasulullah dan berbagai kisah para salaf, kita membaca dan mendengarkan bagaimana ummat manusia pada masa tersebut begitu mengelu-elukan para ulama jauh melebihi para penguasa. Kita mempelajari bagaimana masyarakat Islam saat itu menanti-nantikan kehadiran para ulama yang mereka yakini akan menyampaikan sesuatu yang menentramkan hati dan membawa keselamatan bagi mereka, bukan hanya orang-orang yang lisannya menyampaikan kebenaran namun hatinya dipenuhi dengan berbagai perkara syubhat dan menyebarkan syak kepada ummat, serta bukan pula daiyah yang hanya bagus penampilannya namun hatinya dipenuhi dengan kurafat, dan perkara-perkara bid’ah.

Agar bisa menjadi seorang daiyah dengan akhlak yang baik, maka ia mesti berusaha untuk dapat memiliki hati yang selamat. Hati yang selamat (Qalbun Salim) adalah hati yang bersih dari segala macam noda-noda baik kesyirikan, bid’ah, syahwat (hawa nafsu) juga masalah syubhat dan bersih dari . Sehingga hatinya ini penuh dengan cinta karena ma'siyat-ma'siyat kepada Allah yakni memberi, yang menggerakkan dirinya untuk beramal adalah Allah semuanya karena Allah, benci karena Allah cinta karena Allah karena Allah . Dan inilah hatinya orang mukmin yang benar keimanannya yang pasti.
Cara yang paling tepat untuk menyembuhkan penyakit-penyakit di hati sebagaimana disebutkan oleh Allah adalah sebagai syifaa’ (obat)Qur’an . Karena Al Qur’an ini diturunkan oleh Allah dalam QS. Yunus :57:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (57)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Dan yang dimaksud dengan مَوْعِظَةٌ di sini adalah Al Qur’an itu sebagai obat bagi penyakit-penyakit dalam hati. Ayat lain pada QS Al Furqan : 30-31
وقال الرسول يارب إن قومي اتخذوا هذا القرءان مهجورا(30)وكذلك جعلنا لكل نبي عدوا من المجرمين وكفى بربك هاديا ونصيرا(31)
Berkatalah Rasul : “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan”. Dan seperti itulah, telah Kami adaka bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai Pemberi petunjuk dan Penolong

Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa termasuk meninggalkan Al Qur’an adalah ketika kita tidak menjadikannya sebagai obat, terutama obat bagi penyakit hati. Dan yang paling bisa menyembuhkan penyakit yang ada di dalam hati adalah Al-Qur'an.

mengatakan dalam ayat lain bahwa hati itu bisa tenang dengan mengingat Allah dalam Al Qur’an Surah 13:28
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Afdhalnya zikir adalah membaca Al Qur’an. Karena itulah jika kita ingin memperbaiki anggota tubuh kita hendaklah dengan memperbaiki hati kita dan siapa yang mau memperbaiki hatinya maka jalan yang paling baik untuk itu adalah pendekatan diri kita dengan sedekat-dekatnya dengan Al Qur’an.

5. Memahami hakekat da’wah dengan sempurna. Ada beberapa prinsip dalam dakwah yang mesti diperhatikan:

Dakwah pertama yang dilancarkan adalah dakwah tauhid yang menyeru manusia untuk hanya menyembah Allah semata, sebagaimana yag diserukan setiap rasul pada umatnya.
اُعْبُدُوْا اللهَ مَالَكْم مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ (الأعراف : 59)
“Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada sembahan yang haq bagimu selain-Nya.” (Al ‘Araf : 59)
juga berfirman: وَلَقَدْAllah بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ (النحل : 36)
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan kauhilah thaghut itu.” (An-Nahl : 36)

Dengan demikian, misi pertama dan utama dalam berdakwah adalah bagaimana mengajak umat manusia untuk memurnikan tauhid yang akan berlanjut pada kemurnian pelaksanaan ajaran tauhid itu menurut Al Qur’an .dan Sunnah Rasulullah
One.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata dalam kitabnya Al’Amru bil Ma’ruf wannahyi Anil Mungkar bahwa kewajiban ini (mengajak kepada al-ma’ruf nahi munkar) adalah kewajiban atas keseluruhan umat, dan ini yang oleh para ulama disebut fardhu kifayah. Apabila segolongan dari umat melaksanakannya, gugurlah kewajiban itu dari yang lain. Seluruh umat dikenai kewajiban itu. Tetapi bila segolongan umat telah ada yang melaksanakannya, maka tertunaikan kewajiban itu dari yang lain”.

Kemudian dikatakan bahwa sesungguhnya fardhu kifayah dan pelaksanaannya menghendaki pentingnya realisasi sesuatu yang diperintahkan itu, dan penerapannya, serta golongan yang jadi sasaran perintah itu dapat menerimanya secara nyata. Apabila mereka tetap dalam kesesatan, mengikuti hawa nafsu, senang dalam kedurhakaan dan terjerumus dalam kesalahan, maka semua orang Islam tetap dalam beban kewajiban tersebut .
Two.
Diwajibkan kepada setiap muslim melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar dalam hal-hal dimana orang berilmu dan orang bodoh sama di dalamnya, seperti zina, minum khamar (minuman keras), riba, ghibah, mengadu domba, dusta, bersumpah dengan selain Allah dan sifat-sifat-Nya, mengandalkan diri kepada selain Allah Yang Maha Pemberi Rezeki, mengganggu manusia, menolong orang dzalim, meninggalkan shalat, tidak menunaikan zakat, puasa, haji dan hal-hal lain yang sudah diketahui secara umum di kalangan perseorangan umat, baik peringatan itu bermanfaat atau tidak, baik peringatan berfirman:itu bermanfaat atau tidak. Allah
فَذَكِّرْإِن نَّفَعَتِ الذِّكْرَى
“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat”. .
Three.
Kewajiban berdakwah (amar ma’ruf nahi munkar) hanyalah menurut kemampuan yang ada. Ada suatu riwayat dari Abu Juhaifah, ia menceritakan: Ali ra pernah berkata:

“Sesungguhnya jihad pertama yang harus diatasi adalah jihad dengan tangan kalian, kemudian jihad dengan lisan, lalu dengan hati. Dan barangsiapa hatinya tidak mengetahui kebaikan (al ma’rif) dan menentang kemunkaran (al munkar), maka ia jungkir-balik, yang di atas menjadi di bawah.”

Ibnu Mas’ud berkata:

“Celakalah orang yang hatinya tidak mengenal (mengetahui) kebaikan dan kemungkaran.” Itu menunjukkan, bahwa mengetahui kebaikan dan kemungkaran dengan hati merupakan kewajiban yang tidak bisa lepas dari seseorang, maka bagi yang tidak tahu, celaka ia. Adapun penentangan dengan tangan dan lisan, kewajibannya hanyalah menurut kemampuan seseorang .

6. Mampu mengatur strategi dan manajemen dakwah, dimana tidak dapat dipungkiri bahwa kedua hal ini merupakan suatu kemutlakan. Tanpa strategi dan manajemen yang baik, maka pergerakan dakwah tidak akan mampu secara optimal mencapai sasarannya. Selain itu, salah satu faktor yang menyebabkan dakwah Islam banyak yang mengalami kegagalan, atau paling tidak mandeg di tengah jalan, adalah karena kurangnya strategi dan manajemen dakwah yang baik. Di sisi lain, kita melihat bahwa musuh-musuh Islam serta kaum munafikin justru semakin gigih dalam meluluhlantakkan gerakan pejuang-pejuang Al Qur’an dan As Sunnah dengan senantiasa memperbarui strategi dan manajemen mereka. Tidak ada cara yang lain yang lebih baik dari hal ini kecuali dengan kembali ke Al Qur’an dan .mempelajari bagaimana strategi dan manajemen dakwah Rasulullah

7. Persiapan yang benar dan matang, serta pemahaman yang baik akan prioritas dakwah. Dalam hal ini Islam lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas, dan yang diakui adalah mutu bukan jumlah bilangan, Maha Benar Allah yang beriman: “Berapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah”. (Al Baqarah : 249).
Seorang daiyah hendaknya tidak bersikap tergesa-gesa dan bijaksana dalam menaggapi setiap perubahan yangterjadi apakah perubahan yang baik atau perubahan yang kurang baik. Pada saat mengalami keberhasilan, tidak takabbur dan lupa akan tujuan awal dari dakwah itu sendiri, yang justru bisa berbalik menjadi suatu kondisi keterpurukan yang tidak terduga. Apa yang terjadi dalam Perang Hunain hendaknya menjadi pelajaran yang cukup bagi setiap muslimah untuk bersikpa bijak dalam menaggapi keberhasilan.


“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu’minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu ketika kamu menjadi congkak karena jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kam lari ke belakang denga bercerai-berai”. (At Taubah : 25)

8. Faham bahwa da’wah adalah kewajiban Islam dan caranya diatur dalam Islam, hingga tidak menghalalkan segala cara. Beberapa rambu jalan (‘alamat dlauiyyah) yang hendaknya diperhatikan oleh juru dakwah :
One. Ayat pertama “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan dirimu sendiri padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS 2 : 44) Two. Ayat kedua “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS 2 : 159 – 160) Three. Ayat ketiga
“Dan hendaklah ada di antara kamu, sebagian umat yang menyeru kepada kebajikan, meyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
Four. Ayat keempat
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS 3 : 110).
Five. Ayat kelima
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.”

“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu”. (QS 5 : 78 – 79)
Six. Ayat keenam
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu bila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS 5 : 105)
Seven. Ayat ketujuh
“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan, dan di hari-hari yang bukan hari Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. demikian Kami mencoba mereka karena berlaku fasik.”

Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengadzab mereka dengan adzab yang sangat keras” Mereka menjawab: “Agar kami punya alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.”

“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan kami timpakan kepada orang-orang yang dzalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.”

“Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: “jadilah kamu kera hina!” (QS 7 : 163 – 166)
Eight. Ayat kedelapan “Dan peliharalah dirimu daris iksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah, Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS 8 : 25)
Nine. Ayat kesembilan
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik. sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS 16 : 125)
Ten. Ayat kesepuluh
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS 41 : 33)

9. Seorang da’iyah mesti memahami metodologi da’wah. Seseorang daiyah harus mengenal karakter mad’u (objek dakwah) dan bi’ah (lingkungan) sehingga mampu menentukan metode dakwah yang sesuai dengan kondisi yang berbeda-beda. Seorang daiyah harus mengetahui metode dakwah Rasulullah dan para salaf dalam menyebarkan Islam di berbagai kalangan masyarakat mulai dari kalangan penguasa (politikus) hingga kepada masyarakat Badui.

10. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin, dimana bagi seorang da’iyyah, tidak ada waktu baginya kecuali waktu tersebut senantiasa diisi dengan berbagai aktifitas kebaikan. Sebagaimana dalam Al Qur’an Surah Al Ashr, dimana pada surah tersebut, manusia dikatakan merugi kecuali orang-orang yang beriman dan yang mengisi waktu-waktunya dengan mengerjakan amal-amal shalih, serta tolong-menolong dalam kebenaran dan kesabaran. Bagi seorang da’iyyah, tidak ada waktu untuk istirahat kecuali waktu untuk memenuhi hak-hak dirinya dan keluarganya. Bahkan dalam keadaan berbaring, akalnya senantiasa ia gunakan untuk berpikir.

Penutup Demikianlah beberapa hal yang kiranya perlu mendapat perhatian dari setiap muslimah da’iyah. Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah upaya setiap muslimah untuk berada sedekat mungkin dengan Al Qur’an dan As Sunnah yang dengan demikian akan membantu dia untuk tetap berada di atas manhaj yang benar berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah serta pemahaman para salafushshaleh. Bagaimanapun juga, seorang muslimah da’iyah tidak akan mampu melaksanakan kewajiban-kewajiban kifayahnya kepada orang lain selama ia belum mampu menegakkan fardu ‘ain di dalam dirinya. ,Lebih khusus lagi dalam kaitannya dengan kewajibannya sebagai hamba Allah wallahu a’lam.

Maraji’: 1. Hakikat Tauhid dan makna لاإله إلاالله, Syaikh Dr. Shaleh bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan 2. Terjemahan Kitab Amar Ma’ruf Nahyi Munkar, Syaikh Islam Ibnu Taimiyah 3. Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah, Fathiyakan 4. Rekaman materi Tafsir Surah Al Fathihah, daurah syar’iyyah ke-9 Wahdah Islamiyah, Sabtu/27 Juli 2002 M, Syaikh Fahad Al ‘Azany, Penerjemah : Ustadz Ilham Jaya, Lc 5. Rekaman materi Al Iman, daurah syar’iyyah ke-9 Wahdah Islamiyah, 1423 H/2002 M, Syaikh Abdullah Muhammad Az Zaidani

......

[+/-] Selengkapnya...