Salam Kami


doa rabithah

doa rabithah

HADAPILAH...SHOUTUL HARAKAH

Sabtu, 22 Januari 2011

Mabit Muharam 1432 H













......

[+/-] Selengkapnya...

Tadabbur QS Ali Imron 190-191

RINCIAN BAHASAN

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan lanjut dan bumi (seraya berkata), “Ya Robb kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka dipeliharalah kami dari siksa neraka.”
(QS.3:190-191)


Salah satu cara mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan membaca dan merenungkan ayat-ayat-Nya yang terbentang di alam semesta. Dalam ayat ini, Allah menyuruh manusia untuk merenungkan alam, langit dan bumi. Langit yang melindungi dan bumi yang terhampar tempat manusia hidup. Juga memperhatikan pergantian siang dan malam. Semuanya itu penuh dengan ayat-ayat, tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
Langit adalah yang di atas yang menaungi kita. Hanya Allah yang tahu berapa lapisnya, yang dikatakan kepada kita hanya tujuh. Menakjubkan pada siang hari dengan berbagai awan germawan, mengharukan malam harinya dengan berbagai bintang gemintang.
Bumi adalah tempat kita berdiam, penuh dengan aneka keganjilan. Makin diselidiki makin mengandung rahasia ilmu yang belum terurai. Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khaliq tersusun dengan sangat tertib. Bukan hanya semata dijadikan, tetapi setiap saat nampak hidup. Semua bergerak menurut aturan.
Silih bergantinya malam dan siang, besar pengaruhnya atas hidup kita dan segala yang bernyawa. Kadang-kadang malam terasa panjang dan sebaliknya. Musim pun silih berganti. Musim dingin, panas,gugur, dan semi. Demikian juga hujan dan panas. Semua ini menjadi tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah bagi orang yang berpikir. Bahwa tidaklah semuanya terjadi dengan sendirinya. Pasti ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.
Orang yang melihat dan memikirkan hal itu, akan meninjau menurut bakat pikirannya masing-masing. Apakah dia seorang ahli ilmu alam, ahli ilmu bintang, ahli ilmu tanaman, ahli ilmu pertambangan, seorang filosofis, ataupun penyair dan seniman. Semuanya akan terpesona oleh susunan tabir alam yang luar biasa. Terasa kecil diri di hadapan kebesaran alam, terasa kecil alam di hadapan kebesaran penciptanya. Akhirnya tak ada arti diri, tak ada arti alam, yang ada hanyalah Dia, Yang Maha Pencipta. Di akhir ayat 190, manusia yang mampu melihat alam sebagai tanda-tanda kebesaran dan keagungan-Nya, Allah sebut sebagai Ulil Albab (orang-orang yang berpikir).
Dalam ayat 191, diterangkan karakteristik Ulil Albab, yaitu selalu melakukan aktivitas dzikir dan fikir sebagai metode memahami alam, baik yang ghaib maupun yang nyata.
Dzikir, secara bahasa berasal dari kata dzakara , tadzakkara, yang artinya menyebut, menjaga, mengingat-ingat. Secara istilah dzikir artinya tidak pernah melepaskan Allah dari ingatannya ketika beraktifitas. Baik ketika duduk, berdiri, maupun berbaring. Ketiga hal itu mewakili aktifitas manusia dalam hidupnya. Jadi,dzikir merupakan aktivitas yang harus selalu dilakukan dalam kehidupan. Dzikir dapat dilkukan dengan hati,lisan, maupun perbuatan. Dzikir dengan hati artinya kalbu manusia harus selalu bertaubat kepada Allah, disebabkan adanya cinta, takut, dan harap kepada-Nya yang berhimpun di hati (Qolbudz Dzakir). Dari sini tumbuh keimanan yang kokoh, kuat dan mengakar di hati. Dzikir dengan lisan berarti menyebut nama Allah dengan lisan. Misalnya saat mendapatkan nikmat mengucapkan hamdalah. Ketika memulai suatu pekerjaan mengucapkan basmalah. Ketika takjub mengucapkan tasbih. Dzikir dengan perbuatan berarti memfungsikan seluruh anggota badan dalam kegiatan yang sesuai dengan aturan Allah.
Fikir, secara bahasa adalah fakara, tafakkara yang artinya memikirkan, mengingatkan, teringat. Dalam hal ini berpikir berarti memikirkan proses kejadian alam semesta dan berbagai fenomena yang ada di dalamnya sehingga mendapatkan manfaat daripadanya dan teringat atau mengingatkan kita kepada sang Pencipta alam, Allah SWT.
Dengan dzikir manusia akan memahami secara jelas petunjuk ilahiyah yang tersirat maupun yang tersurat dalam al-Qur’an maupun as-sunnah sebagai minhajul hayah (pedoman hidup). Dengan fikir, manusia mampu menggali berbagai potensi yang terhampar dan terkandung pada alam semesta. Aktivitas dzikir dan fikir tersebut harus dilakukan secara seimbang dan sinergis (saling berkaitan dan mengisi). Sebab jika hanya melakukan aktivitas fikir, hidup manusia akan tenggelam dalam kesesatan. Jika hanya melakukan aktivitas dzikir, manusia akan terjerumus dalam hidup jumud (tidak berkembang, statis). Sedangkan, jika melakukan aktivitas dzikir dan fikir tetapi masing-masing terpisah, dikhawatirkan manusia akan menjadi sekuler.
Bagi Ulil Albab, kedua aktivitas itu akan berakhir pada beberapa kesimpulan:
• Allah dengan segala kebesaran dan keagungan-Nya adalah pencipta alam semesta termasuk manusia.
• Tiada yang sia-sia dalam penciptaan alam.Semua mengandung nilai-nilai dan manfaat.
• Mensucikan Allah dengan bertasbih dan bertahmid memuji-Nya.
• Menumbuhkan ketundukan dan rasa takut kepada Allah dan hari Akhir.

......

[+/-] Selengkapnya...

Menikmati LAgu Mentoring

sahabat Melati, mentoring adalah aktivitas penting... tapi jika monoton bisa bikin jemu, maka kita harus modifikasi kegiatannya. salah satunya dengan bernasyid bersama.
Ini lagu wajib mentoring...selamat mencoba dan bernasyid bersama adik-adiknya.


MENTORING
By: Na’am

Ku pergi ke sekolah
Sengaja datang dari rumah
Dengan hati riang gembira
Ikut mentoring ya…ya…ya…
Mentoring yang penuh hikmah


Sarat dengan ilmu agama
Bersama RISMA dan UKHTINYA
Juga teman-teman semua, ayo mentoring…
Reff:
Mentoring di pagi hari di siang hari atau di sore hari
Sungguh senangkan hati seminggu lagi bertemu kembali
Mentoring bersihkan hati membina diri jadi muslim sejati
Sungguh senangkan hati seminggu lagi bertemu kembali
Sumber: http://liriklagump3indonesia.com/n/naam/naam-mentoring/

......

[+/-] Selengkapnya...

Memahami Makna Syahadat

.


Syahadat merupakan rukun islam pertama. Rukun artinya sesuatu yang tanpa itu maka ia tidak sah atau tidak berarti. Artinya salah satu syarat keabsahan seseorang menjadi muslim adalah memahami kalimat syahadat



Syahadatain berarti 2 kalimat syahadah. Dua syahadah yang dimaksud adalah syahadah uluhiyah dan syahadah risalah. Syahadah uluhiyah terdiri dari kalimat Laa Ilaaha Illallah. Secara bahasa kata Laa berfungsi sebagai Kalimatun Nafii (kata yang menolak), kata Ilaaha berfungsi sebagai Al-Munafii (yang ditolak), kata Illa berfungsi sebagai Kalimatul Itsbatu (kata yang mmengukuhkan), dan Dan kata Allah berfungsi sebagai Al-Mutsbitu (yang dikukuhkan). Jadi syahadah uluhiyah (Laa Ilaaha Illallah) merupakan penolakan terhadap segala bentuk ilah yang diikuti dengan mengukuhkan Allah saja sebagai satu-satunya Ilah. Firman Allah :
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : Bahwasanya Tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS.21:25)
Tauhid ulllluhiyah juga mengandung pengertian bahwa Allah sebagai Ma’bud (yang disembah) dan Allah sebagai Ghayah (tujuan). Dalam QS>51:56 Allah Berfirman : “Dan Ak tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku.”
Bahkan seorang muslim dalam sehari mengikrarkan minimal sebanyak 17 kali bahwa “hanya kepadaMu-lah kami menyembah dan kepadaMu-lah kami mohon pertolongan.” Dengan demikian Laa Ilaha Illallah juga berarti Laa Ma’buda Illallah.
Kalimat ini juga berarti Laa Ghayatu Illallah (tidak ada tujuan melainkan Allah). Allah berfirman dalam QS. 94:8 : ” Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu berharap (menempatkan tujuan)”. Bahkan seorang muslim juga senantiasa berikrar bahwa ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya bagi Allah Roob semesta alam’.
Allah sebagai satu-satunya sesembahan adalah konsekuensi tertinggi dari syahadat tauhid uluhiyah. Seseorang yang telah bersyahadat tauhid berarti telah memproklamirkan dan berjanji untukmengabdikan dirinya kepada Allha semata, artinya tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Ia telah menyatakan dirinya muslim (orang yang tunduk patuh kepada Allah sehingga selamat di dunia dan akhirat). Konsekuensinya, seluruh hidupnya untuk taat kepada Allah dan keridhoan-Nya. Janji Allah bagi seorang yang bertauhid disabdakan oleh Rasulullah SAW :
“Siapa yang mati dan dia tahu (meyakini) Laa Ilaaha Illallah niscaya ia akan masuk surga .” (Al Hadits).
Jika seseorang telah memulai dengan menegakkan Laa Ilaaha Illallah pada dirinya maka akan tumbuh sikap Al-Baro’. Al-Baro’ berarti memusuhi, membenci dan menghancurkan setiap bentuk Ilah selain Allah. Pengertian Ilah sendiri adalah sesuatu yang ditakuti, diharapkan, dicintai, ditaati dan disembah. Firman Allah :
“Sesungguhnya kami berlepas diri darimu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiranmu) dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (QS.60:4)
Al-Baro’ juga berarti pengingkaran, berlepas diri, mengambil garis pemisah terhadap Al Bathil. Ia merupakan perwujudan syahadah, berupa penolakan terhadap semua ilah, lalu menyerahkan loyalitasnya kepada Allah. Dalam kondisi ini seorang muslim menjadi manusia yang merdeka, bebas dari tuhan-tuhan palsu, jerat hawa nafsu syahwat, belenggu harta atau tahta/jabatan.
Al Baro’ merupakan proses yang harus dilalui seorang muslim dalam upaya menyiapkan lahan yang subur bagi tumbuhnya keimanan. Ibarat petani membersihkan lahan, agar pohon ketaqwaan dapat berkembang sebagaimana seharusnya. Ibarat pemborong yang meruntuhkan puing-puing bangunan yang telah lapuk, lalu mendirikan bangunan iman yang menjulang kokoh.
Dengan membatalkan semua bentuk ilah di luar Allah SWT dan mengecualikannya hanya untuk Allah, maka akan tumbuh sikap Al Wala’. Al Wala’ berati loyalitas, siap mentaati perintah Allah dengan kecintaan dan ketaatan, mengabdi semata-mata kepada Allah dan tidak bersedia menjalankan perintah siapapun, kapanpun dan di manapun juga, kecuali jika sesuai (tidak bertentangan) dengan perintah Allah. Firman Allah :
“Sesungguhnya wala’ kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman ,yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tnduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman menjadi wala’nya, maka sesungguhnya hizbullah itulah yang pasti menang”.(QS.5:54-55)
Al Wala’ adalah tempat di mana kita menggantungkan harapan, menumpahkan rasa sedih dan gembira, memohon pertolongan dan perlindungan. Sebaik-baik wala’ adalah Allah,Rasulnya dan orang-orang beriman. Maka barangsiapa berwala’ kepada hal ini jaminan Allah adalah kemenangan. Menang dalam fase dunia adalah kemuliaan, dalam fase akhirat adalah surga.
Jika seseorang telah memiliki prinsip bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah (Laa ma’buda bihaqqin illa Allah),barulah dapat dikatakan sebagai seorang mukhlisin(orang yang ikhlas)sejati. Orang-orang ikhlas inilah yang tidak akan pernah berhasil digoda oleh syaitan. Allah berfirman dalam QS. Shaad (38): 82-83:
“Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka “.
Orang-orang seperti ini mencintai Allah di atas segalanya. Allah berfirman dalam QS. 2:165 :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah…”.
Ibnu Taimiyah berkata bahwa ‘Tidak ada kesenangan dan kenikmatan yang sempurna bagi hati, kecuali dalam kecintaan kepada Allah dan bertaqarrub kepada-Nya dengan mengerjakan apa-apa yang dicintai-Nya. Kecintaan tidak akan terjadi kecuali dengan berpaling dari kecintaan kepada selain-Nya. Inilah hakekat Laa Ilaha Illallah. Inilah jalan Ibrahim dan semua nabi serta rasul’.
Adapun syahadah kkedua yaitu syahadah risalah, yaitu pengakuan ‘persona grata’ (orang yang dipercaya) terhadap Rasulullah sebagai duta Allah bagi alam semesta dan kesiapan menjadikan sebagai ‘examplia gratia’ (contoh/uswah) dalam setiap aspek kehidupan (QS. 21:107, 33:21, 68:4).
Jika seorang muslim mengakui Nabi SAW sebagai ‘persona grata’ dan siap menjadikannya sebagai ‘exmplia gratia’, maka barulah dikatakan ia berwala’ (loyal) kepada Rasulullah SAW. Berwala’ kepada nabi berarti harus senantiasa ittiba’ (mengikuti) beliau dalam setiap aspek kehidupan. Karena Ittiba’ur Rasul merupakan bukti kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Firman Allah:
“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(QS. Ali Imran: 31,32).
Risalah mengandung mengandung pengertian sesuatu yang diwahyukan Allah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat. Urgensi (kepentingan) manusia terhadap risalah sangat jelas. Tanpa risalah manusia tidak mungkin mengenal Allah, sifat-sifat-Nya serta tata cara beribadah kepada-Nya; manusia tidak akan mengetahui adanya alam ghaib seperti alam barzakh, alam mahsyar, surga dan neraka. Tanpa risalah manusia tidak menyetahui tujuan penciptaan-Nya dan tidak bisa menentukan undang-undang sistem hidup yang menjamin terealisirnya keadilan dan persamaan hak.
Jalan satu-satunya untuk mengetahui petunjuk Allah ini adalah lewat risalah-Nya yang diinterprestasikan oleh Rasul-Nya. Dengan demikian syahadat risalah juga mengandung pengertian ; (1) membenarkan setiap apa yang beliau khabarkan (QS. 53:3-4), (2) menaati apa yang diperintahkan (QS. 4:59), (3) menjauhi apa yang beliau larang (QS. 59:7) dan (4) beribadah menurut syari’atnya.
Kewajiban seorang muslim terhadap Rasulullah SAW adalah beriman kepadanya, taat/mengikutinya dan mencintainya. Allah telah memberikan khabar tentang kerugian besar dan penyesalan yang mendalam bagi seseorangyang mengetahui ajaran Nabi SAW kemudian tidak taat dan tidak mengikutinya. Firman Allah:
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya seraya berkata:’Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”(QS. 25-27).
Barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, Allah akan menyediakan baginya surga (QS. 4:13).
Seorang muslim wajib mencintai Nabi Muhammad SAW melebihi cintanya kepada segala sesuatu. Sabda beliau SAW:
“Tidak beriman seseorang (dengan sempurna) di antara kalian kecuali aku lebih dicintai dari dirinya sendiri, orang tua dan seluruh manusia”(Al Hadist).
Syahadah uluhiyah dan risalah adalah suatu kesatuan (unity) yang tak dapat dipisahkan. Seorang muslim tidak dapt menerima hanya satu saja dari kedua syahadah itu. Jika seseorang hanya menerima syahadah uluhiyah saja berarti dia menjadi ingkar sunnah. Bila sesseorang hanya menerima syahadah risalah saja, berarti dia menjadi seorang Mohammedian. Keduanya tidak diperbolehkan dan bukan bagian dari ummat Islam.

......

[+/-] Selengkapnya...

MUHASABAH

Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa beliau berkata, ‘Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)




Gambaran Umum Hadits
Hadits di atas menggambarkan urgensi muhasabah (evaluasi diri) dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Karena hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah planing dan misi besar seorang hamba, yaitu menggapai keridhaan Rab-nya. Dan dalam menjalankan misi tersebut, seseorang tentunya harus memiliki visi (ghayah), perencanaan (ahdaf), strategi (takhtith), pelaksanaan (tatbiq) dan evaluasi (muhasabah). Hal terakhir merupakan pembahasan utama yang dijelaskan oleh Rasulullah saw. dalam hadits ini. Bahkan dengan jelas, Rasulullah mengaitkan evaluasi dengan kesuksesan, sedangkan kegagalan dengan mengikuti hawa nafsu dan banyak angan.

Indikasi Kesuksesan dan Kegagalan
Hadits di atas dibuka Rasulullah dengan sabdanya, ‘Orang yang pandai (sukses) adalah yang mengevaluasi dirinya serta beramal untuk kehidupan setelah kematiannya.’

Ungkapan sederhana ini sungguh menggambarkan sebuah visi yang harus dimiliki seorang muslim. Sebuah visi yang membentang bahkan menembus dimensi kehidupan dunia, yaitu visi hingga kehidupan setelah kematian.

Seorang muslim tidak seharusnya hanya berwawasan sempit dan terbatas, sekedar pemenuhan keinginan untuk jangka waktu sesaat. Namun lebih dari itu, seorang muslim harus memiliki visi dan planing untuk kehidupannya yang lebih kekal abadi. Karena orang sukses adalah yang mampu mengatur keinginan singkatnya demi keinginan jangka panjangnya. Orang bertakwa adalah yang ‘rela’ mengorbankan keinginan duniawinya, demi tujuan yang lebih mulia, ‘kebahagian kehidupan ukhrawi.’

Dalam Al-Qur’an, Allah swt. seringkali mengingatkan hamba-hamba-Nya mengenai visi besar ini, di antaranya adalah dalam QS. Al-Hasyr (59): 18–19.

Muhasabah atau evaluasi atas visi inilah yang digambarkan oleh Rasulullah saw. sebagai kunci pertama dari kesuksesan. Selain itu, Rasulullah saw. juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu action after evaluation. Artinya setelah evaluasi harus ada aksi perbaikan. Dan hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya dalam hadits di atas dengan ’dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian.’ Potongan hadits yang terakhir ini diungkapkan Rasulullah saw. langsung setelah penjelasan tentang muhasabah. Karena muhasabah juga tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya tindak lanjut atau perbaikan.

Terdapat hal menarik yang tersirat dari hadits di atas, khususnya dalam penjelasan Rasulullah saw. mengenai kesuksesan. Orang yang pandai senantiasa evaluasi terhadap amalnya, serta beramal untuk kehidupan jangka panjangnya yaitu kehidupan akhirat. Dan evaluasi tersebut dilakukan untuk kepentingan dirinya, dalam rangka peningkatan kepribadiannya sendiri.

Sementara kebalikannya, yaitu kegagalan. Disebut oleh Rasulullah saw, dengan ‘orang yang lemah’, memiliki dua ciri mendasar yaitu orang yang mengikuti hawa nafsunya, membiarkan hidupnya tidak memiliki visi, tidak memiliki planing, tidak ada action dari planingnya, terlebih-lebih memuhasabahi perjalanan hidupnya. Sedangkan yang kedua adalah memiliki banyak angan-angan dan khayalan, ’berangan-angan terhadap Allah.’ Maksudnya, adalah sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi, sebagai berikut: Dia (orang yang lemah), bersamaan dengan lemahnya ketaatannya kepada Allah dan selalu mengikuti hawa nafsunya, tidak pernah meminta ampunan kepada Allah, bahkan selalu berangan-angan bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosanya.

Urgensi Muhasabah

Imam Turmudzi setelah meriwayatkan hadits di atas, juga meriwayatkan ungkapan Umar bin Khattab dan juga ungkapan Maimun bin Mihran mengenai urgensi dari muhasabah.

1. Mengenai muhasabah, Umar r.a. mengemukakan:

‘Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di dunia.

Sebagai sahabat yang dikenal ‘kritis’ dan visioner, Umar memahami benar urgensi dari evaluasi ini. Pada kalimat terakhir pada ungkapan di atas, Umar mengatakan bahwa orang yang biasa mengevaluasi dirinya akan meringankan hisabnya di yaumul akhir kelak. Umar paham bahwa setiap insan akan dihisab, maka iapun memerintahkan agar kita menghisab diri kita sebelum mendapatkan hisab dari Allah swt.

2. Sementara Maimun bin Mihran r.a. mengatakan:

‘Seorang hamba tidak dikatakan bertakwa hingga ia menghisab dirinya sebagaimana dihisab pengikutnya dari mana makanan dan pakaiannya’.

Maimun bin Mihran merupakan seorang tabiin yang cukup masyhur. Beliau wafat pada tahun 117 H. Beliaupun sangat memahami urgensi muhasabah, sehingga beliau mengaitkan muhasabah dengan ketakwaan. Seseorang tidak dikatakan bertakwa, hingga menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri. Karena beliau melihat salah satu ciri orang yang bertakwa adalah orang yang senantiasa mengevaluasi amal-amalnya. Dan orang yang bertakwa, pastilah memiliki visi, yaitu untuk mendapatkan ridha Ilahi.

3. Urgensi lain dari muhasabah adalah karena setiap orang kelak pada hari akhir akan datang menghadap Allah swt. dengan kondisi sendiri-sendiri untuk mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya. Allah swt. menjelaskan dalam Al-Qur’an: “Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” [QS. Maryam (19): 95, Al-Anbiya’ (21): 1].

Aspek-Aspek Yang Perlu Dimuhasabahi

Terdapat beberapa aspek yang perlu dimuhasabahi oleh setiap muslim, agar ia menjadi orang yang pandai dan sukses.

1.Aspek Ibadah

Pertama kali yang harus dievaluasi setiap muslim adalah aspek ibadah. Karena ibadah merupakan tujuan utama diciptakannya manusia di muka bumi ini. [QS. Adz-Dzaariyaat (51): 56]

2. Aspek Pekerjaan & Perolehan Rizki

Aspek kedua ini sering kali dianggap remeh, atau bahkan ditinggalkan dan ditakpedulikan oleh kebanyakan kaum muslimin. Karena sebagian menganggap bahwa aspek ini adalah urusan duniawi yang tidak memberikan pengaruh pada aspek ukhrawinya. Sementara dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda:

Dari Ibnu Mas’ud ra dari Nabi Muhammad saw. bahwa beliau bersabda, ‘Tidak akan bergerak tapak kaki ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara; umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya, kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauh mana pengamalannya.’ (HR. Turmudzi)

3.Aspek Kehidupan Sosial Keislaman

Aspek yang tidak kalah penting untuk dievaluasi adalah aspek kehidupan sosial, dalam artian hubungan muamalah, akhlak dan adab dengan sesama manusia. Karena kenyataannya aspek ini juga sangat penting, sebagaimana yang digambarkan Rasulullah saw. dalam sebuah hadits:

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?’ Sahabat menjawab, ‘Orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak memiliki perhiasan.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun ia juga datang dengan membawa (dosa) menuduh, mencela, memakan harta orang lain, memukul (mengintimidasi) orang lain. Maka orang-orang tersebut diberikan pahala kebaikan-kebaikan dirinya. Hingga manakala pahala kebaikannya telah habis, sebelum tertunaikan kewajibannya, diambillah dosa-dosa mereka dan dicampakkan pada dirinya, lalu dia pun dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Muslim)

Melalaikan aspek ini, dapat menjadi orang yang muflis sebagaimana digambarkan Rasulullah saw. dalam hadits di atas. Datang ke akhirat dengan membawa pahala amal ibadah yang begitu banyak, namun bersamaan dengan itu, ia juga datang ke akhirat dengan membawa dosa yang terkait dengan interaksinya yang negatif terhadap orang lain; mencaci, mencela, menuduh, memfitnah, memakan harta tetangganya, mengintimidasi dsb. Sehingga pahala kebaikannya habis untuk menutupi keburukannya. Bahkan karena kebaikannya tidak cukup untuk menutupi keburukannya tersebut, maka dosa-dosa orang-orang yang dizaliminya tersebut dicampakkan pada dirinya. Hingga jadilah ia tidak memiliki apa-apa, selain hanya dosa dan dosa, akibat tidak memperhatikan aspek ini. Na’udzubillah min dzalik.

4. Aspek Dakwah

Aspek ini sesungguhnya sangat luas untuk dibicarakan. Karena menyangkut dakwah dalam segala aspek; sosial, politik, ekonomi, dan juga substansi dari da’wah itu sendiri mengajak orang pada kebersihan jiwa, akhlaqul karimah, memakmurkan masjid, menyempurnakan ibadah, mengklimakskan kepasrahan abadi pada ilahi, banyak istighfar dan taubat dsb.

Tetapi yang cukup urgens dan sangat substansial pada evaluasi aspek dakwah ini yang perlu dievaluasi adalah, sudah sejauh mana pihak lain baik dalam skala fardi maupun jama’i, merasakan manisnya dan manfaat dari dakwah yang telah sekian lama dilakukan? Jangan sampai sebuah ‘jamaah’ dakwah kehilangan pekerjaannya yang sangat substansial, yaitu dakwah itu sendiri.

Evaluasi pada bidang dakwah ini jika dijabarkan, juga akan menjadi lebih luas. Seperti evaluasi dakwah dalam bidang tarbiyah dan kaderisasi, evaluasi dakwah dalam bidang dakwah ‘ammah, evaluasi dakwah dalam bidang siyasi, evaluasi dakwah dalam bidang iqtishadi, dsb?

Pada intinya, dakwah harus dievaluasi, agar harakah dakwah tidak hanya menjadi simbol yang substansinya telah beralih pada sektor lain yang jauh dari nilai-nilai dakwah itu sendiri. Mudah – mudahan ayat ini menjadi bahan evaluasi bagi dakwah yang sama-sama kita lakukan: Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. [QS. Yusuf (12): 108]

......

[+/-] Selengkapnya...

Jumat, 21 Januari 2011

Keutamaan sholat dhuha dua


Shalat Dhuha adalah shalat sunat yang dilakukan/ dikerjakan pada waktu dhuha atau pada waktu pagi hari yang sudah agak meninggi sampai sebelum datangnya shalat dhuhur (antara pukul 07.00 sampai pukul 10.00 WIB). Jumlah bilangan raka’at shalat dhuha minimal dua raka’at dan maksimal dua belas raka’at dan dikerjakan setiap dua raka’at satu salam (jumlah raka’at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka’at). Manfaat/ faedah shalat dhuha yang dapat diperoleh dan dirasakan oleh orang yang mengerjakannya/ melaksanakan shalat dhuha adalah dapat melapangkan dada dalam segala hal, terutama dalam hal rizki, sebab banyak orang yang terlibat dalam hal ini.
Ayat-ayat yang paling baik dibaca dalam shalat dhuha: surat al-Waqi’ah, surat Asy-Syamsi, surat Adh-Dhuha, surat al-Kafirun, surat al-Quraisy, surat al-Ikhlas, dsb. Cara mengerjakan shalat dhuha sama seperti mengerjakan shalat fardhu, baik bacaan maupun cara mengerjakannya.


Keutamaan sholat dhuha dua rakaat :
1. Sebagai sedekah bagi 360 ruas tulang yang dimiliki setiap manusia
2. Pengganti tasbih, tahmid, takbir, menyuruh pada kebaikan, melarang k eburukan, menyingkirkan gangguan di jalan dan menanam dahak
3. Salah satu wasiat Rasulullah saw. kepada Abu Hurairah selain shaum 3 hari dalam setiap bulan dan mendirikan sholat witir sebelum tidur
(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
Keutamaan sholat dhuha empat rakaat :
1. Memiliki keutamaan seperti di atas
2. Allah SWT. Akan mencukupi segala kebutuhan orang yang sholat dhuha empat rakaat ini pada sore harinya
3. Merupakan pahala yang lebih cepat dari perang yang tercepat sekalipun
4. Merupakan pahala yang lebih banyak dari rampasan perang yang terbanyak sekalipun
5. Merupakan pahala yang lebih segera daripada segeranya pulang dari perang yang tercepat sekalipun
(Hadits riwayat Thabarani)
Saudaraku seiman seislam,
Dikala banyak orang yang membunuh sunah Rasulullah saw., marilah kita bersama-sama menghidupkannya kembali. Seratus pahala mati syahid, itulah ganjarannya. Salah satu sunah Nabi saw. adalah senantiasa mendirikan sholat dhuha setiap hari, yang keutamaannya telah kita baca bersama. Keutamaan di atas adalah intisari dari hadits-hadits sebagai berikut :
1. Dari Abu Dzar r.a., katanya :
“Rasulullah saw. bersabda : ‘Hendaklah masing-masing dari kamu setiap pagi bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya. Maka setiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, melarang keburukan adalah sedekah, dan sebagai ganti dari semua itu, cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat dhuha.’ “
(Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan Abu Daud)
2. Ahmad dan Abu Daud meriwayatkan dari Buraidah bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Dalam tubuh manusia itu terdapat 360 ruas tulang. Ia diharuskan bersedekah untuk tiap ruas itu.” Para sahabat bertanya : “Siapa yang kuat melaksanakan itu, ya Rasulullah ?” Beliau menjawab : “Dahak yang ada di masjid lalu ditutupi dengan tanah, atau menyingkirkan suatu gangguan dari tengah jalan itu berarti sedekah, atau sekiranya kuasa cukuplah diganti dengan mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.”
3. Dari Nuwas bin Sam’an r.a. bahwa Nabi saw. bersabda : “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman : ‘Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada permulaan siang (yaitu sholat dhuha), nanti akan Aku cukupi kebutuhannya pada sore harinya.’ “
(Diriwayatkan oleh Hakim dan Thabarani dan semua perawinya dapat dipercaya)
4. Dari Abdullah bin ‘Amr katanya : “Rasulullah saw. pernah mengirimkan sepasukan tentara lalu banyak mendapatkan harta rampasan dan cepat pulang. Orang-orang mempercakapkan cepatnya perang itu, banyaknya rampasan yang didapat dan segera kembali. Maka Rasulullah saw. bersabda :’Maukah kamu aku tunjukan sesuatu yang lebih cepat dari peperangan yang seperti itu, lebih banyak rampasan yang diperoleh bahkan lebih cepat pula pulangnya dari itu ? Yaitu seseorang yang berwudhu lalu pergi ke mesjid untuk bersholat sunat dhuha. Orang itulah yang lebih cepat perangnya, lebih banyak rampasannya dan lebih segera pulangnya.’ “
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabarani; dan Abu Ya’la juga meriwayatkan seperti itu)

DOA YANG BOLEH DI BACA
Semua doa boleh dibaca dalam shalat dhuha, namun ada beberapa ulama mengajarkan doa shalat dhuha seperti berikut dan silakan diamalkan:

Allahumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka, walbahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuk, Allahumma inkaana rizqi fis samma-i fa-anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’assiran fayassirhu, wainkaana haraaman fathahhirhu, wa inkaana ba’idan fa qaribhu, bihaqqi duhaa-ika wa bahaaika, wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa ataita ‘ibaadakash-sholihiin…

Artinya:
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, apabila rizkiku berada di atas langit, maka turunkanlah; apabila berada di bumi maka keluarkanlah; apabila sukar maka mudahkanlah, apabila haram maka sucikanlah, apabila jauh maka dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh…“

......

[+/-] Selengkapnya...

MANAJEMEN CINTA


Cinta dalam bahasa Arab disebut Al-Mahabbah yang berarti kasih sayang. Menurut Abdullah Nashih Ulwan cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut dan kasih sayang. Cinta adalah fitrah manusia yang murni, yang tak dapat terpisahkan dari kehidupannya.
Diantara tanda-tanda cinta ialah rasa kagum/simpatik, berharap, takut, rela dan selalu ingat kepada yang dicintai. Seorang yang beriman sejak memproklammirkan bahwa tiada ilah selain Allah dan beriltizam (komitmen) sepenuh dayanya, maka Allah harus menempati posisi tertinggi cintanya.
Semua tanda-tanda cinta tersebut selayaknya diberikan kepada Allah. Berupa rasa kagum terhadap kebesaran, keagungan dan kekuasaan Allah, mengharapkan cinta Allah, rahmat, keridhaan dan keampunanNya (QS.39:53),rela dan menerima ketentuan Allah sepenuhnya, takut kepada Allh, yang mrnghasilkan sikap menjauhkan diri dari maksiat, serta selalu mengingat Allah (QS.2:152; 13:28; 63:9; 59:19). Firman Allah :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yanag beriman amat sangat cintanya kepada Allah…” (QS.2:165)
Cinta muncul karena kesadaran telah menerima anugerah dan nikmat yang besar dari Allah, pemahaman betapa rasa kasih sayang Allah melingkupi detik-detik kehidupan kita, serta karena mengenal Allah (Ma’rifatullah). Sehingga seorang mukmin amat sangat cintanya kepada Allah dan memiliki hasrat yang besar untuk bertemu denganNya.
Refleksi cinta adalah tunduk patuh, menurut,taat akan perintah Allah dan menjauhkan diri dari segala laranganNya. Mahabbatullah (rasa cinta kepada Allah) tidak cukup dengan hanya menjadi seorang ‘abid (ahli ibadah), tetapi mewujud dalam upaya menegakkan kalimatNya/agamaNya.
Islam merupakan agama fitrah yang juga mengakui adanya fenomena cinta yang melekat sebagai fitrah manusia.Allah telah memberikan petunjuk kepada hamba-hambaNya tentang prioritas dalam cinta. Firman Allah :”Katakanlah :’Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi pettunjuk kepada orang-orang fasik”. (QS.9:24). Prioritas cinta dapat diklasifikasikan atas prioritas tertinggi, menengah dan terendah. Berdasarkan ayat di atas,prioritas cinta yang tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalanNya. Hal ini merupakan konsekuensi dan merupakan keharusan dalam Islam. Tak diragukan lagi bahwa seorang mukmin yang telah merasakan kelezatan iman di dalam hatinya akan mencurahkan segalanya cintanya hanya kepada Allah. Karenaia telah meyakini bahwa Allah-lah yang Maha Sempurna, Maha Indah dan Maha Agung. Tak ada satupun selain Dia yang memiliki kesempurnaan sifat-sifat tersebut. Maka lahirlah kesadaran bahwa hanya ajaran Allah-lah yang harus diikuti karena Dia-lah yang Maha Tinggi. Dia juga terdotong untuk mempraktekkan ajaran-ajaran Allah dengan senang hati, penuh keyakinan dan keimanan. Ia telah yakin bahwa untuk membanguan kepribadian yang sempurna dan membina mentalitas manusia hanyalah dengan ajaran Allah yang Maha Suci dari kekurangan.
Rasa cinta seorang yang beriman kepada Allah akan mengambil bentuk awal berupa rasa cinta kepada Rasulullah SAW. Cinta kepada Rasulullah ( Mahabbaturrasul) ini berwujud sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami taat) terhadap perintah rasul, berendah hati, mendahulukan, melindungi dan kasih sayang kepada beliau. Generasi terbaik ummat ini telah mencontohkan betapa Mahabaturrasul bukan hanya terbatas pada salam dan Shalawat, namun juga membentengi Rasulullah dari mara bahaya dalam banyak peperangan dan tampil dalam membela Islam.
Mahabbaturrasul muncul dari keikhlasan dan ketulusan syar’i, rasa cinta yang Allah tumbuhkan, yang tak dapat ditumbuhkan oleh manusia meski membelanjakan seluruh kekayaannya. Rasa cinta yang melebihi rasa cinta kepada bapak-bapak, anak-anak, saudara-sausara, istri-istri, kaum keluarga, harta, perniagaan, rumah-rumah yang disukai. Bahkan rasa cinta yang melebihi rasa cinta kepada diri sendiri.
Sabda Rasulullah saw : “Hendaklah kalian mencintai Allah karena Dia memelihara kalian dengan nikmat-nikmat-Nya. Dan cintailah aku demi cintamu kepada Allah. Dan cintailah ahli rumahku demi cintamu kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi, Al-Hakim dari Ibnu Abbas). “Tidak beriman seseorang (dengan sempurna) diantara kalian kecuali aku lebih dicintai dari dirinya sendiri, orang tua dan seluruh manusia” (Al Hadits).
Itulah mahabbaturrasul yang mewarnai hati Abu Bakar Ash Shiddiq ra. Yang membuatnya mendahulukan, melindungi dan tak membangunkan Rasulullah yang tertidur di pangkuannya, walaupun harus menahan sakit kakinya karena tersengat kalajengking hingga mengucurkan darah (peristiwa Hijrah).
Kisah para Shahabat telah membuktikan ketinggian cinta merek kepada Allah, Rasulullah dan Jihad fi sabilillah. Seperti kisah Hazholah bin Amir ra. Yang terjun ke medan perang Uhud meniggalkan istri yang baru sehari sebelumnya dinikahi, dan akhirnya menemui kesyahidan. Ketika itu Rasulullah saw melihat dan berkata kepada para shahabat : “Sesungguhnya aku telah melihat para malaikat memandikan Hanzholah di tengah-tengah langit dan bumi dengan air hujan-dalam sebuah bejana dari perak.” (HR. Turmudzi dan Imam Ahmad).
Cinta dengan prioritas menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat. Cinta ini timbul dari perasaan sesorang, yang terikat hubungan dengan orang yang dicintainya dengan ikatan aqidah, keluarga, kekerabatan atau persahabatan. Syari’at Islam menilai perasaan cinta seperti ini sebagai cinta yang mulia dan agung. Ia termasuk cinta yang kedua setelah cinta kepada Allah, Rasulullah dan jihad di jalan Allah. Bagaimana cinta seseorang terhadap sesamanya tidak dianggap cinta yang luhur dan perasaan yang suci. Sedangkan semua hubungan sosial dan segala tata kehidupan dibina berdasarkan perasaan cinta dan kasih sayang semacam ini. Cinta ini merupakan hal yang perlu untuk mewujudkan kemashlahatan individu dan keluarga pada khususnya serta kemashlahatan bangsa dan kemanusiaan pada umumnya. Sabda Rasulullah SAW : “Tidaklah sempppurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).”Semua makhluk adalah tanggung jawab Allah. Maka yang paling dicintai Allah adalah yang paling memperhatikan kehidupan keluarganya”. (HR. Thabrani dan Baihaqi).
Adapun cinta terendah ialah cinta yang lebih mengutamakan dan menomorsatukan cinta keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal dibandingkan terhadap Allah, Rasulullah dan jihad fisabilillah. Cinta jenis adalah yang paling hina, keji dan merusak rasa kemanusiaan. Termasuk pula dalam kategori cinta ini adalah kecintaan kepada sesuatu yang disembah selain Allah, sebagaimana firman Allah dalam QS.2:165, cinta kepada musuh-musuh Allah, sebagaimana Allah peringatkan dalam QS. Al-Mumtahanah (60):1, cinta berdasarkan hawa nafsu sebagaimana cintanya Zulaikha istri Al Azis kepada Nabi Yusuf as.
Tak diragukan lagi bahwa jika para pemuda Islam, kapan dan di mana saja, lebih mengutamakan cintanya kepada Allah, Rasulullah dan Islam maka Allah akan memberikan kemenangan bagi mereka di muka bumi ini.

......

[+/-] Selengkapnya...

CARA BERFIKIR ORANG SUKSES

Orang sukses dan orang belum sukses dibedakan dari cara berpikirnya. Cara berpikir atau mindset ini bisa dipelajari, bisa dimiliki oleh siapa saja yang mau sukses. Ini sekedar sharing dari saya yang juga saya dapatkan dari teman saya. Jadi silahkan dibaca-baca cara pemikiran orang sukses ini, jangan langsung diterima mentah-mentah apalagi masak. Yang pasti hati-hati dengan pikiran, karena ini bisa jadi pelayan yang baik atau majikan yang buruk… Berikut cara berpikir orang sukses :

Ungkapan ini berusaha menjelaskan bahwa perbedaan utama antara orang sukses dan orang gagal ada pada cara berpikirnya. Mereka yang sukses adalah mereka yang selalu menggunakan kekuatan berpikir untuk terus memperbaiki hidupnya sehingga lebih baik.
Orang-orang yang sukses ini adalah mereka yang memiliki tipe berpikir positif. Tipe berpikir orang-orang sukses ini adalah:
1. Big picture thinking bukan small thinking
Cara berpikir ini menjadikan mereka terus belajar, banyak mendengar dan terfokus sehingga cakrawala mereka menjadi luas.
2. Focused thinking bukan scattered thinking
Sehingga dapat menghemat waktu dan energi, loncatan-loncatan besar dapat mereka raih.
3. Creative thinking bukan restrictive thinking
Proses berpikir kreatif ini meliputi: think-collect- create-correct- connect.
4. Realistic thinking bukan fantasy thinking
Memungkinkan mereka meminimalkan risiko, ada target & plan, security, sebagai Katalis dan memiliki Kredibilitas.
5. Strategic thinking bukan random thinking
Sehingga simplifies, customize, antisipatif, reduce error and influence other dapat dilakukan.
6. Possibility thinking bukan limited thinking
Mereka dapat berpikir bebas dan menemukan solusi bagi situasi yang dihadapi.
7. Reflective thinking bukan impulsive thinking
Memungkinkan mereka memiliki integritas, clarify big picture, confident decision making.
8. Innovative thinking bukan popular thinking
Menghindari cara berpikir yang awam untuk meraih sesuatu yang lebih baik.
9. Shared thinking bukan solo thinking
Berbagi pemikiran dengan orang lain untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
10. Unselfish thinking bukan selfish thinking
Memungkinkan mereka berkolaborasi dengan pemikian orang lain.
11. Bottom line thinking bukan wishful thinking
Berfokus pada hasil sehingga dapat meraih hasil berdasarkan potensi pemikiran yang dimiliki.
Pikiran adalah awal dari segalanya. Cara berpikir menentukan cara hidup.

......

[+/-] Selengkapnya...

1. Nikmat Iman

baru di proses .... keburu rapat nih

......

[+/-] Selengkapnya...

5 KIAT AGAR DI PERCAYA ORANG LAIN

Karena dipercaya orang lain itu penting, maka sangat penting bagi anda untuk mengetahui dan melakukan prinsip dipercaya orang lain. Saya memilih lima prinsip agar kita bisa dipercaya orang lain, yaitu:

1. Percaya Diri
Percaya pada diri sendiri penting agar anda bisa dipercaya orang lain. Bagaimana mungkin orang lain akan percaya pada anda bila anda sendiri tak percaya pada diri anda sendiri. Di bab yang membahas keyakinan, saya telah membahas tentang hal ini.

2. Mentalitas Kuat (Semangat, Disiplin, Integritas)
Mentalitas adalah dasar kuat agar anda bisa dipercaya oleh orang lain. Maka bangunlah kualitas-kualitas pribadi yang hebat. Jadilah orang yang semangat setiap saat. Jadilah disiplin dalam hidup. Jadilah pribadi yang penuh integritas.

Nabi Muhammad mendapat gelar Al-Amin (Yang Dapat Dipercaya) dari masyarakatnya. Kenapa? Karena ia memang layak untuk itu. Ia pribadi yang jujur dan penuh integritas. Setiap amanah (kepercayaan) yang diberikan orang lain, ia tunaikan dengan baik. Bila berjanji, ia selalu penuhi. Bila berkata-kata, ia tak pernah bohong.

Apakah orang lain akan percaya pada anda bila anda tak disiplin? Bisakah anda dipercaya bila anda terlihat loyo dan tak bersemangat? Mungkinkah anda dipercaya bila anda tak jujur dan tak berintegritas (kata-kata dan tindakan anda berbeda)? Tidak! Itulah sebabnya mengapa mentalitas penting bagi anda yang ingin dipercaya.

3. Kompeten
Kepercayaan orang lain pada anda diraih karena anda kompeten. Anda memiliki kompetensi / keahlian dalam bidang tertentu yang berguna untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Dengan begitu, anda menjadi pribadi yang dapat diandalkan oleh orang yang mempercayai anda.

Anda boleh saja percaya diri, bermental baik dan kuat, tapi bila tidak memiliki kompetensi apapun, maka anda hanya akan dipercaya pada tingkatan yang tidak tinggi. Anda diserahi tanggung jawab yang kecil.
Di perusahaan ada manajer dan satpam. Kompetensi manajer jelas lebih dibanding satpam. Karena itu, meski keduanya sama-sama dipercaya, tapi punya posisi yang berbeda. Posisi manajer lebih tinggi dari satpam. Karena posisi lebih tinggi, maka kualitas hidup yang diraih pun lebih tinggi pula.

Maka jadilah pribadi yang kompeten. Belajar lah dengan fokus pada kompetensi tertentu. Jadilah ahli di bidang itu. Dengan begitu, anda akan mendapat kepercayaan dari banyak orang.

4. Prestasi
Pak Fadel Muhammad menjadi Gubernur Gorontalo dalam dua periode karena prestasinya. Kompetensi yang ia miliki digabung dengan kompetensi seluruh timnya dirubah menjadi prestasi kerja yang gemilang. Maka ia pun dipercaya oleh rakyat Gorontalo. Prestasinya bicara sangat lantang.

Para atlet benar-benar merasakan betapa pentingnya prestasi bagi diraihnya kepercayaan. Ketika negara memilih atletnya untuk mewakili di tingkat internasional, maka negara memilih atlet yang prestasinya paling gemilang.

Ketika perusahaan akan mengisi sebuah jabatan tertentu, maka prestasi kerja dari para kandidat pejabat menjadi kunci utama. Siapa yang berprestasi punya peluang besar untuk mendapat promosi.

5. Komunikasi
Apa pentingnya komunikasi dalam meraih kepercayaan orang lain? Sangat penting. Anda bisa sangat berprestasi. Tapi bila komunikasi anda buruk, maka prestasi anda tak terlihat istimewa. Tapi bila komunikasi anda hebat, maka hal yang biasa-biasa saja bisa terkesan hebat.

......

[+/-] Selengkapnya...

Rabu, 19 Januari 2011

Mentoring RISMA 2011

Alhamdulillah, sungguh karena kuasa-Nya, kami (RISMA) terus melangkah dalam merangkai aktivitas dakwah. Di awal tahun 2011 ini amanah dan peluang dakwah kian bertambah. semoga ini menjadi amal dan tangga bagi kami untuk mencapai rido Allah SWT.

Mulai Januari 2011, kegiatan mentoring dilaksanakan untuk seluruh kelas X. Tiap kelas kita bagi dalam beberapa halaqah (kelompok). Total nya ada 18 kelompok/halaqah. Pelaksanaan mentoring/liko ini tiap hari kecuali hari senin dan jumat. Hari senin ditiadakan karena jam pulang sekolah sudah sore, sedangkan hari jum'at untuk kajian umum (halaqah kubro) dan pramuka.

Kami memohon kepada Allah semoga dari kegiatan ini dapat menghasilkan capaian-capaian dakwah di sekolah yang menggembirakan, yaitu tumbuhnya generasi dakwah dan bertambahnya aktivis dakwah sekolah.

......

[+/-] Selengkapnya...