Salam Kami


doa rabithah

doa rabithah

HADAPILAH...SHOUTUL HARAKAH

Senin, 24 Januari 2011

IKHLAS DAN MEMPERBAHARUI NIAT

Tiada guna ilmu tanpa amal
Tiada guna amal tanpa keikhlasan

Sahabat Melati,
Hidup penuh karya dan produktif adalah impian semua orang. Karya yang terlahir dari inspirasi dan ketulusan hati akan berbuah manis berupa manfaat yang tertebar pada seluruh kehidupan.
Karya yang bermula dari kebeningan jiwa dan kebersihan akal, akan menjadikan pelakunya konsisten dalam kebaikan dan orang lain merasakan kesejukan.

TUJUAN ISNTRUKSIONAL
Setelah mengikuti siaran ini pemirsa diharapkan mampu :
1. Menunjukkan pengertian pemabaharuan niat
2. Menyebutkan tiga dalil Al Qur’an maupun hadits tentang perintah untuk memperbaharui niat
3. Termotivasi untuk senantiasa memperbaharui niatnya
4. Menyertakan niat yang baik dalam setiap aktifitas hariannya.

POKOK-POKOK MATERI
1. Ta’rif Niat
Dalam bahasa Arab, niat sering didefinisikan sebagai : Suara/getaran hati terhadap sesuatu yang dihadapi sesuai dengan keinginan untuk mendapatkan keuntungan atau menghindarkan kerugian. Dalam pengertian selanjutnya yang populier dalam ilmu syar’iy niat didefinisikan sebagai : Keinginan untuk melakukan amal perbuatan karena mengharap ridha Allah.

2. Dalil-dalil tentang ikhlas dalam berniat melakukan amal perbuatan.
a. Al Qur’an Surah Al Bayyinah/98:5
b. Al Qur’an surah Az Zumar/39:11
c. Sabda Nabi: “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya….al hadits.
d. Sabda Nabi :“Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa dan kekayaanmu, akan tetapi Allah sangat memperhatikan hati dan perbuatanmu” Muttafaq alaih.

3. Kedudukan niat
a. Niat akan menentukan diterima atau tidaknya amal perbuatan seseorang. Sabda Nabi : “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya….

b. Niat akan menentukan balasan yang Allah berikan kepada seseorang. Rasulullah SA bersabda : Manusia itu ada empat macam: Orang yang dikaruniai ilmu dan harta dan ia amalkan ilmunya pada hartanya, lalu ada seseorang yang (melihatnya) dan berkata” Jika saja Aallah memberikan kepadaku seperti yang diberikan kepadanya maka saya akan berbuat seperti yang ia perbuat. Maka kedua orang ini sama pahalanya. Dan orang yang dikaruniai harta tanpa ilmu, sehinga ia tersesat dengan hartanya, lalu ada orang yang (melihatnya) dan berkata : “Jika saja Allah berikan kepadaku seperti harta yang diberikan kepadanya maka saya akan berbuat seperti yang ia perbuat. Maka keduanya sama dosanya" HR Ibn Majah. Seseorang yang berniat baik diberi pahala sebelum beramal, dan yang berniat buruk berdosa sebelum berbuat.

c. Untuk membedakan antara ibadah dengan bukan ibadah, seperti orang yang duduk di masjid, pakah hanya sekedar istirahat atau I’tikaf, dsb.

d. Untuk membedakan satu ibadah dengan ibadah lainnya. Seperti orang yang berpuasa di luar bulan Ramadhan, apakah karena kifarat, nazar, qadha’, atau puasa sunnah.

4. Urgensi memperbaharui niat
Karena banyak virus yang menyerang keikhlasan niat seseorang, maka perlu sesering mungkin memperbaharui niat itu agar semakin bersih dan murni karena Allah semata-mata.
Virus-virus niat itu antara lain.:
a. Keinginan berhenti dari suatu amal perbuatan.
b. Bergeser dari keinginan semula, karena pengaruh bermacam-macam kebutuhan
c. Munculnya keragu-raguan terhadap suatu amal perbuatan.
5. Kisah-kisah teladan dalam niat yang ikhlas.

a. Kisah paa sahabat yang tinggal di Madinah, tidak dapat ikut serta dalam perangTabuk karena sakit, tetapi mereka mendapatkan pahala seperti mereka yang ikut dalam perang itu, karena memiliki niat yang baik.

b. Kisah Yazid bin Al Ahnas dengan anaknya. Yazid bersedekah beberapa dinar dan meletakkannya di belakang seseorang yang sedang shalat di masjid. Sebelum orang itu mengambilnya, datang anaknya yanr bernama Ma’n bin Yazid. Melihat ada sedekah Ma’n mengambilnya. Ketika ia tunjukkan kepada ayahnya (Yazid), ayahnya berkata : “Saya tidak ingin memberikannya kepadamu”. Akhirnya Ma’n mengadukan hal itu kepada Rasulullah. Dan Rasulullah memutuskan :”Wahai Yazid, kamu telah memperoleh pahala niatmu (bersedekah), dan kamu berhak memperoleh apa yang kau ambil wahai Ma’n” HR Al Bukhariy.

c. Dari Abu Musa Al Asyariy berkata : Rasulullah ditanya tentang seseorang yang berperang karana syaja’ah (berani), hamiyyah (fanatis), dan riya (pamer), siapakah di antara mereka yang berjihad fi sabilillah? Rasulullah menjawab: “Yang berperang untuk meninggikan kalimah Allah-lah yang berjihad fi sabilillah” Muttafaq alaih.

d. Kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua tertutup batu besar, hingga mereka berkesimpulan tidak akan ada yang menyelamatkan dirinya kecuali berdoa kepada Allah dengan menyertakan amal shaleh yang pernah diperbuat. Lalu berdoalah orang pertama dengan pengabdiannya kepada orang tua, yang kedua dengan sikap iffah (menahan diri dari perbuatan dosa pada saat mampu melakukannya, dan ketiga berdoa kejujurannya memenuhi hak orang lain (membayar gaji karyawan), hingga mereka bisa keluar selamat dari bahaya itu. Hadits muttafaq alaih.

e. Dsb.

Wallah a’lam

0 komentar: